KEBOHONGAN DI BALIK CELOTEH DEMOKRASI

Oleh : Koko Ephen

Saat Pemilu, parpol elite rame-rame jualan Demokrasi

Teriakan-teriakan Demokrasi dikumandangkan oleh para penindas itu. Demokrasi macam apa, demokrasi seperti apa, demokrasi untuk siapa? Apakah memang demokrasi yang berpihak pada mayoritas rakyat, atau hanya akal–akalan menjelang pemilu yang katanya pesta demokrasi rakyat. Fuck!

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat dalam hal ini adalah rakyat mayoritas, dimana kita ketahui bersama minoritas harus tunduk pada mayoritas. Dari sinilah kita harus memahami makna sebenarnya dari demokrasi. Kemudian juga demokrasi tidak dibatasi hanya dalam dunia politik saja namun dalam keseharian, demokrasi harus selalu diterapkan.

Bicara demokrasi, ini sangat berkaitan dengan kondisi negara kita hari ini. Apalagi banyak dari kalangan elite–elite penguasa (eksekutif, legislatif) di negeri ini yang selalu mengumbar–ngumbarkan tentang demokrasi, dengan alasan karena mereka dipilih secara “demokratis”. Tapi apakah demokrasi yang mereka katakan sesuai dari makna demokrasi itu sendiri?

Menegaskan bentuk demokrasi apa sekarang?

Kita ketahui bersama setiap pemilihan umum, baik itu pemilihan parlement atau presiden, dan lain–lain, selalu dikatakan “pesta demokrasi”. Selain itu juga pemilu akan dijadikan indikator untuk mengukur partisipasi massa rakyat dalam politik (kesadaran politik). Padahal dari kesemuanya itu hanya merupakan pembohongan dan pembodohan terhadap massa rakyat, dan semakin hari semakin dibudayakan bahkan menyembunyikan kenyataan bahwa sesungguhnya demokrasi sekarang adalah demokrasi liberalis, demokrasinya para pemilik modal. Rakyat memang diberikan hak untuk memilih para penguasa itu, tapi apakah rakyat diberikan hak pula dalam mengambil kebijakan di negri ini? Rakyat diberikan hak juga dalam memilih wakil di parlemen dan presiden, tapi tidak diberikan hak juga untuk menurunkan atau memberhentikan mereka ketika terjadi sesuatu yang tidak berpihak pada mayoritas rakyat. Apakah ini memang demokrasi sejati? Pastinya sangat bertolak belakang dari makna demokrasi itu sendiri, dalam hal ini demokrasi sejati atau berpihak pada mayoritas rakyat? Demokrasi yang ada sekarang adalah demokrasi penguasa yang hanya berpihak pada penguasa serta pemodal tampa memikirkan rakyat.

Jelang 2014, lekas–lekas cari suara: Awas, jangan sampai rakyat tertipu!

Pemilihan umum para elite politik parlemen sebentar lagi akan dimulai. Pemilu yang diadakan 5 tahun sekali ini merupakan momentum yang sudah ditunggu–tunggu oleh para penindas–penindas itu, baik penindas lama atau para calon–calon penindas baru. Dimana mereka tengah mempersiapkan energi untuk duduk di kursi–kursi mewah yang dalam penganggarannya kursi itu sampai ratusan juta harganya. Mereka siap duduk di kursi kekuasaan parlemen yang katanya itu parlemen rakyat, padahal semua itu hanya topeng dan akal–akalan mereka.

Akhir–akhir ini kita bisa melihat di berbagai media, baik itu media cetak atau eloktronik dimana para parpol–parpol para penindas (borjuasi) sedang gencar–gencarnya mempersiapkan para penindas–penindas mereka (caleg) untuk merebut hati rakyat demi kemenangan 2014 (kekuasaan) dan kembali lagi menindas rakyat.

Berbagai strategi–strategi yang dilakukan oleh para elite–elite itu (caleg) untuk mencari dukungan dari massa rakyat, dimana semua itu dilakukan hanya untuk mencari pundi-pundi suara demi kemenangan 2014. Mulai dengan metode datang ke massa rakyat (blusukan), mendengar suara rakyat, ikut terlibat dalam kerja–kerja di rakyat, sampai melakukan aksi bersama massa rakyat. Namun semua ini hanyalah kebohongan besar yang dilakukan, dimana ketika mereka terpilih nantinya mereka tidak pernah menyentuh akar persoalan rakyat, bahkan mereka hanya memangku kaki di kursi mewah, duduk di ruang ber A-C, naik mobil mewah dengan kaca tertutup rapat, dll.

Berbagai macam kampanye yang dilakukan oleh mereka, para elite penindas itu, yang katanya akan merubah kondisi bangsa dan negara hari ini, padahal bila kita merunut sejarah, dimana sudah berulang kali pemilu diadakan namun, kondisi rill bagsa ini tidak menunjukan perubahan yang berarti, bahkan bangsa hari ini semakin kronis dimana pengangguran semakin meningkat, kemiskinan, dan lain–lain yang kesemuanya ini diakibatkan para elite politik penindas di negara ini hanya mementingkan diri sendiri dan mementingkan para pemodal–pemodal (kapitalis) dengan semakin dibukanya pintu selebar–lebarnya bagi ekonomi neo-liberal.

Rakyat harus sadar

Sistem pemerintahan negara hari ini adalah pemerintahan yang tidak pernah berpihak pada rakyat. Pemerintahan yang hanya berpihak pada para penguasa itu sendiri serta para kroni–kroninya dan terlebih lagi pada para pemodal. Pemerintahan hari ini sedang mengabdi sebagai kaki-tangan para pemilik modal untuk memuluskan kepentingan para pemodal itu sendiri, contohnya seperti dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menindas itu.

Seperti semakin membukakan jalan bagi neo-liberalisme di negeri ini, pengungkungan ruang–ruang demokrasi (undang–undang dan rancangan undang–undang yang tidak demokratis) dan sebagainya dimana semua itu tidak berpihak pada kepentingan rakyat dan semakin menyengsarakan rakyat.

Hal ini harus dipahami oleh rakyat, bahwa sistem pemerintahan hari ini, tidak pernah dan tidak akan pernah berpihak pada rakyat. Adapun ketika ada kebijakan–kebijakan yang di ambil oleh penindas hari ini, yang katanya pro terhadap rakyat, semuanya itu hanya dijadikan topeng, karena di balik itu semua ada kepentingan para penguasa yang berpihak pada pemodal (kapitalis) itu.

Oleh sebab itu, rakyat harus mengetahui juga bahwa, kepentingan rakyat mayoritas bukan harus diwakilkan pada orang–orang yang duduk di parlement atau yang akan menjadi pemimpin tertinggi negri ini (presiden) dalam logika borjuasi yang jelas–jelas tidak pernah menunjukan perubahan berarti di negeri ini, bahkan hanya berpihak pada para penguasa itu sendiri dan pemodal, namun rakyat harus membangun kekuatan–kekuatannya, membangun persatuan–persatuan kerakyatan, dan ketika persatuan–persatuan itu telah maju secara kuantitas dan kualitas, sadar akan tuntuan politiknya, maka rakyat harus merebut kekuasaan itu (berlawan) demi terwujudnya apa yang telah di cita–citakan oleh massa rakyat.

Sekian.

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *