Sebuah Tanggapan Untuk Strategi “Partai Luas” (Bag: 1)

Image

Oleh: John Percy*

 

Diterjemahkan oleh Dipo Negoro untuk Partai Pembebasan Rakyat

Diterbitkan oleh Bintang Nusantara, Yogyakarta, 2013

Terdapat banyak sekali “partai-partai luas” dimasa lalu mengklaim mewakili buruh, atau klas-klas yang lebih luas, atau “progresif” secara umum – partai-partai yang kadang kala massal, kebanyakan dengan ambisi elektoral, namun dengan program yang sosial demokratik, atau liberal kiri, kadang kala “semua masuk”, namun bukan Leninis dan bukan Marxis. Partai-partai semacam itu tidak mampu untuk membawa perubahan sosial fundamental; mereka tidak dapat menghancurkan kekuasaan Negara dari klas pemilik modal. Untuk melaukan hal itu kita membutuhkan revolusi. Kita mengetahui bahwa partai revolusioner dibutuhkan untuk melancarkan revolusi, sebuah partai Leninis.

Program Revolutionary Socialist Party (RSP), yang dahulu merupakan program Democratic Socialist Party (DSP), sangat jelas untuk persoalan tersebut:

Klas buruh tidak dapat secara keseluruhan atau secara spontan mendapatkan kesadaran klas politis yang dibutuhkan untuk menyiapkan dan memandu perjuangannya untuk sosialisme. Karena itu, sangat dibutuhkan mengembangkan sebuah partai yang menyatukan semua perjuangan melawan penganiayaan dan ketidakadilan kapitalisme dan partai yang telah mengembangkan kesadaran sosialis dan berkomitmen untuk melancarkan aktivitas politik revolusioner terlepas dari apapun kondisi pasang dan surut gerakan massa…akhirnya, hanya sebuah partai sosialis revolusioner yang memiliki akar mendalam di klas buruh, yang terutama terdiri dari kaum buruh dan mendapatkan penghormatan dan keyakinan dari kaum buruh, dapat memimpin massa tertindas dan tereksploitasi dalam menggulingkan kekuasaan politik dan ekonomi dari kapital. Tujuan utama dari Revolutionary Socialist Party adalah untuk membangun partai sosialis revolusioner semacam itu di Australia (i)

DSP sekarang membuang program ini dan meleburkan dirinya kedalam “partai luas” Socialist Alliance, dengan program non revolusioner.

Partai luas semacam itu dapat dan bisa berkembang diluar inisiatif kaum revolusioner. Maka partai luas tersebut hanya terkait dengan persoalan normal, standar, taktik mengenai pendekatan apa yang harus diambil oleh kaum revolusioner terhadap partai semacam itu. Kadang kala tepat untuk melakukan intervensi, kadang tidak tepat.

Namun yang menjadi persoalan bagi kita adalah ketika kaum Marxist revolusioner mengangkat partai luas semacam itu menjadi kasus khusus, berpikir bahwa partai luas tersebut entah bagaimana dapat menjadi pengganti bagi partai revolusioner, atau berpikir bahwa kaum revolusioner harus membangun partai luas jika mereka belum kuat, atau membubarkan kekuatannya secara permanen ke dalam partai-partai semacam itu.

Ini yang terjadi 15 tahun terakhir diantara kaum kiri Marxis di negeri-negeri kapitalis maju, sehingga mau tidak mau persoalan “partai luas” telah menjadi satu isu penting. Langkah membangun partai luas telah diambil oleh beberapa tendensi Trotsky, terutama sekali di Internasional Keempat, yang sayangnya kemudian menjeneralisasikan, kecenderungan menjeneralisasikan yang sering terjadi, dan mengembangkan strategi menyeluruh untuk “membangun partai-partai anti kapitalis” di Eropa (ii) dan cenderung untuk mendorong taktik semacam itu di negeri-negeri yang lain. Socialist Workers Party (SWP) Inggris juga telah meneliti perspektif ini dan perspektif tersebut telah diadopsi oleh beberapa partai yang mengikuti kepemimpinan SWP, yang terorganisir di International Socialist Tendency. (iii)

Tulisan ini melihat pengalaman taktik/ strategi “partai luas” seperti yang diterapkan oleh kaum sosialis revolusioner secara internasional dalam dekade terakhir ini. (iv)

Konteks Politik

Dorongan umum untuk “partai luas” tidak muncul begitu saja. Dorongan tersebut berhubungan dengan sebuah krisis perspektif politik akibat kekalahan dan kemunduran, sebagai contoh keruntuhan Uni Soviet serta perkiraan salah terhadap kebangkitan gerakan anti globalisasi sebagai contoh memberikan harapan salah.

  1. Dalam dua dekade terakhir kita berada banyak dibawah bayangan keruntuhan Uni Soviet, penghabisan akhir terhadap capaian-capaian Revolusi Rusia. Ada kekalahan di Eropa Timur; Revolusi Cina bergerak ke arah kapitalis; ekonomi Kuba menderita persoalan-persoalan khusus. Partai-partai komunis tua telah melemah sebelumnya; sekarang semakin menurun lebih jauh.
  2. Ini adalah periode kesombongan imperialis, menggembar-gemborkan “akhir sejarah”. Para pemilik modal semakin percaya diri dan agresif; neoliberalisme merajalela. Banyak organisasi dan serikat buruh dilemahkan atau bahkan sepenuhnya dihancurkan dalam pembantaian tersebut. Kepemimpinan sosial demokratik yang dominan dibanyak negeri menunjukan tidak bergunanya mereka, atau lebih jauh menjadi tunduk atau bahkan memimpin serangan neoliberal.
  3. Periode ini juga menunjukan naiknya Partai-partai Hijau. Politik dari partai-partai Hijau bervariasi. Mereka mewakili kesadaran lingkungan hidup yang berkembang, dan sering menjadi kendaraan politik yang menarik orang dengan serangkaian isu-isu liberal kiri. Mereka menyerap individu-individu hasil dari perpecahan dalam “partai-partai buruh” yang lebih tradisional, partai-partai Komunis, Sosial Demokrasi, partai-partai Buruh. Semakin Partai Hijau terkonsolidasikan, semakin mereka bertahan dalam posisi kanan.
  4. Ini merupakan periode kampanye mengesankan melawan globalisasi diseantero dunia, dari demonstrasi Seattle pada tahun 1999 kemudian serangkaian demonstrasi di Eropa, dan Forum Sosial Dunia yang diinisiasi di Brazil dan juga diselenggarakan diberbagai negeri lainnya, namun secara politik gerakan-gerakan ini juga menunjukan kebingungan atau rasa bermusuhan terhadap kebutuhan membangun partai revolusioner, dengan struktur anti partai di Forum Sosial Dunia dan LSM-LSM serta partai-partai sayap kanan yang mengontrol.

Motivasi awal ketika DSP meluncurkan Socialist Alliance pada tahun 2001 adalah bahwa gelombang telah berubah, bahwa kita akan melihat periode kebangkitan dari akhir tahun 1990an. DSP mengalami beberapa perkembangan dan didukung dengan keberhasilan mobilisasi S11 di Melbourne, mengepung Crown Casino, tempat Forum Ekonomi Dunia pada tahun 2000. Kami melihat pada beberapa partai-partai luas yang sepertinya berhasil seperti Scottish Socialist Party. Pada Kongres 2001 DSP, 3-7 Januari di Sydney, masih secara eksplisit membangun partai revolusioner. (v) Namun segera kami memperhatikan Konferensi International Socialist Organisation dibulan itu juga, (vi) yang memperhatikan Socialist Alliance Inggris dan keterlibatan SWP Inggris didalamnya serta dalam pemilihan umum. Kami menunggu untuk melihat apakah ISO disini akan mengikuti garis SWP sebelum kami mengajukan proposal untuk pembangunan Socialist Alliance. Socialist Alliance kemudian diluncurkan dalam pertemuan di Melbourne pada 6 Maret dan pada 10 April di Sydney. Di Komite Nasional DSP pada bulan April, Peter Boyle berkata bahwa kita “melihat Socialist Alliance lebih dari sekedar taktik electoral”. (vii)

Mengadopsi taktik partai luas tergantung pada kebangkitan gerakan, kemungkinan kekuatan baru yang teradikalisir untuk dimenangkan. Namun kepemimpinan DSP tentu, dan kemungkinan pihak-pihak lain yang terjerat dengan taktik ini, meluaskannya menjadi strategi permanen, salah menilai. Kebangkitan tersebut tidak berlanjut. Dari invasi ke Irak pada tahun 2003, perjuangan klas di negeri-negeri kapitalis maju secara umum mengalami penurunan.

Kenyataannya adalah bahwa dorongan untuk “partai luas”, tentu saja dorongan untuk mempertimbangkannya sebagai sebuah perspektif permanen, lebih dari taktik sementara, sebenarnya merupakan hasil dari kemunduran politik. Karena di dasarnya adalah langkah mundur politik dari perspektif sosialis revolusioner – sebuah kompromi, kemudian bertahan pada tingkat apapun yang “mungkin”.

Waktu bagi proyek “partai luas” seperti Socialist Alliance adalah salah, dengan semua kemajuan parsial di seluruh dunia menurun, ketika mereka yang antusias membangun “partai luas” akan mengandalkan pada kemajuan tersebut. Pada bulan September 2002 Peter Boyle mempresentasikan ide besarnya untuk menjalankan proyek tersebut – “Some Wild Thoughts About Perspectives” – dalam sebuah surat untuk kepemimpinan DSP:

Semakin saya berpikir semakin saya yakin bahwa inilah waktunya untuk kita mempertimbangkan secara serius “jalan Skotlandia” dengan Socialist Alliance yaitu meleburkan partai ke Sosialist Alliance namun mengambil institusi utama kita, koran dan aparatus yang berkaitan dengannya. (viii)

Dia tidak dapat langsung menerapkan hal ini, namun dari September 2002 meyakinkan DSP untuk bergerak hanya sebagai sebuah tendensi di dalam Socialist Alliance. Dihadapan oposisi dari ISO, kelompok terbesar yang masih ada di dalamnya, dan kelompok-kelompok kecil lainnya, dorongan untuk “mengambil jalan Skotlandia” diperlambat.

Namun keputusan pada September 2002 untuk mengusulkan di Kongres Desember DSP untuk merubah DSP menjadi hanya tendensi internal didalam Socialist Alliance, menurut pendapat saya adalah kesalahan besar, yang membuka jalan pada perpecahan dan melikuidasi DSP. Beberapa veteran Socialist Alliance berdebat menganggap langkah pertama pada tahun 2001 adalah kesalahan besar.

Tekanan Psikologis

Fenomena tersebut memiliki akar politik yang jelas, namun fenomena tersebut juga merupakan sebuah tanggapan psikologis terhadap berbagai macam tekanan: kesulitan situasi politik, dengan kiri revolusioner yang lemah, kapitalisme terlihat menang; panjangnya waktu yang telah dihabiskan oleh para aktivis untuk berjuang, tanpa kemajuan. Terdapat banyak pilihan untuk individu-individu yang berhadapan dengan tekanan psikologi dan politik ini:

  1. Menanggapi situasi nyata tersebut dan memiliki pendekatan fleksibel, bersifat taktik terhadap kesulitan-kesulitan politik, namun tetap mempertahankan pokok-pokok perspektif sosialis revolusionernya. Bukankah kebutuhan menggulingkan ssitem kapitalis yang membusuk ini tidak hilang. Nyatanya kebutuhan tersebut telah berkembang lebih mendesak – krisis lingkungan hidup mengancam kehidupan umat manusia di planet ini; kapitalisme sendiri telah terbukti merupakan tatanan yang rentan. Kita sangat ingin untuk lompat kedalam perjuangan segera untuk menghancurkan Negara kapitalis namun respon-respon taktis jelas dibutuhkan, karena kecilnya ukuran kekuatan kita, kekuatan para pemilik modal, tumpulnya kesadaran kaum buruh, dsb. Kita sebagian besar hanyalah kelompok propaganda kecil, pada tahapan ini belum mampu untuk memobilisasi klas, tentu saja jauh dari aksi revolusioner yang sebenarnya.
  2. Atau mencari obat mujarab,  jalan yang lebih mudah yang memiliki beberapa pembenaran, dan menyingkirkan tugas membangun organisasi revolusioner. Ini lebih mudah: kau tidak harus berpikir untuk dirimu sendiri atau meneliti situasi dirimu sebenarnya secara detail. Kadang kala ini bisa digambarkan sebagai jalan pintas untuk tujuan akhir, meskipun tentu saja tidak.
  3. Atau mengikuti perspektif non revolusioner (terkadang masih menipu diri sendiri atau anggota sendiri bahwa di hati kamu masih revolusioner namun “kondisi tidak memungkinkan saat ini”)

Tekanan terhadap kaum revolusioner tentu saja sangat kuat, mendorong ke pilihan terakhir, menyesuaikan diri sebagai seorang non revolusioner. Kiri revolusioner telah mendapatkan dukungan besar di tempat-tempat seperti Australia.

Setelah berdekade melemah, menurun kesulitan bagi gerakan revolusioner dan untuk serikat buruh militan, terdapat tendensi untuk terbiasa pada hadiah yang sangat kecil, kemenangan yang sangat sederhana, tentunya jauh dari perjuangan-perjuangan signifikan, atau bahkan revolusi. Anda membuat pandangan anda menjadi sempit sekali. Meskipun anda mulai dengan pilihan A, setelah beberapa waktu anda mendapatkan bahwa pendekatan revolusioner telah berubah menjadi pilihan C, menenangkan diri sendiri, dan sering hal tersebut dimediasi oleh pemikiran obat mujarab atau jalan pintas.

Kaum revolusioner didalam kondisi tersebut akan sering (hampir selalu) berkata bahwa mereka masih mendukung revolusi didalam teori, hanya masalahhnya revolusi tidak mungkin pada saat ini, atau bahwa kita butuh membangun kekuatan kita dalam organisasi non revolusioner dahulu atau dengan dalih-dalih lainnya. Mereka akan berargumentasi bahwa mereka mengejar jalan “partai luas” untuk alasan taktis, sementara. Kadang terdapat kebutuhan nyata – sebagai contoh represi – namun kadang kala hal tersebut karena kelelahan dan kadang kala juga karena alasan-alasan oportunis.

Krisis Yang Mengikuti Radikalisasi

Selamat abad keduapuluh ini kita dapat  melacak dengan jelas periode radikalisasi, diselingi dengan periode yang lebih panjang dari penurunan dan stagnasi dalam perjuangan klas. Jelas kondisi tersebut berbeda dari satu negeri dengan negeri lainnya serta terdapat perkembangan lokal yang bergerak bertentangan dengan pola umum, namun saya akan mengidentifikasikan periode-periode kebangkitan dan radikalisasi sebagai berikut didalam negeri-negeri kapitalis yang paling maju. (Di Negara Dunia Ketiga tentu saja terdapat dinamika yang berbeda, dengan banyak negeri melancarkan perjuangan anti imperialis mereka sendiri atau perjuangan untuk pembebasan dan kemerdekaan nasional).

  • Kebangkitan setelah Perang Dunia I, sangat terinspirasi oleh Revolusi Bolshevik yang berhasil.
  • Kebangkitan menengah setelah Depresi Besar, bukan segera setelahnya, namun beberapa tahun setelahnya, seiring gerakan buruh pulih dari bencana.
  • Periode setelah Perang Dunia Kedua, terinspirasi oleh kekalahan fasisme dan kemenangan Tentara Merah. Hal ini memunculkan kesempatan revolusioner di Eropa, disia-siakan oleh partai-partai Komunis, namun terjadi juga radikalisasi di negeri-negeri yang lainnya, sebelum terjadinya Perang Dingin.
  • Radikalisasi tahun 1960an, dipicu oleh gerakan hak sipil di Amerika Serikat dan penolakan terhadap perang di Vietnam. Radikalisasi kaum muda dan mahasiswa berkembang dalam isu-isu politik dan juga sosial dan budaya. Titik paling tinggi adalah pada Kebangkitan Revolusioner Mei-Juni 1968 di Perancis.

Radikalisasi pada tahun 1960an dan awal 1970an adalah luar biasa, memicu pemikiran, aktivitas dan gerakan dalam berbagai isu-isu politik. Radikalisasi tersebut membangkitkan atau menginspirasikan partai-partai revolusioner dibanyak negeri.

Namun setelah radikalisasi dan perkembangan awal, terdapat penurunan, sering menuju pada krisis dalam kelompok-kelompok revolusioner yang baru. Beberapa dari kaum revolusioner baru mencari alternatif baru, beberapa teralihkan dengan “jalan pintas”. Sering terjadi meninggalkan ruang-ruang kiri.

Tentu saja hal tersebut didorong oleh serangan balik secara sadar yang dilakukan oleh para pemilik modal, serangan neoliberal. Penurunan dan kesulitan-kesulitan ditambah dengan kejatuhan Uni Soviet. Membangun partai revolusioner menjadi lebih sulit dinegeri-negeri semacam itu; kaum revolusioner semakin terisolasi.

Banyak Taktik

Setelah periode panjang gerak mundur, kekalahan yang terus menerus dan melemahnya klas buruh, serta meronta-ronta mencari jalan keluar dari kelesuan, tanggapan kiri yang menyedihkan namun sering muncul adalah terpaku pada taktik tertentu, untuk membuat taktik permanen, untuk merubah taktik menjadi sebuah strategi.

Banyak taktik dalam jalan membangun partai massa revolusioner:

  • Proklamasi, mengangkat bendera, terus propaganda. Kau dapat mengeluarkan sebuah manifesto, sebagai contoh Manifesto Komunis. Kau dapat menerbitkan koran, mengumumkan programmu.
  • Persatuan, pengelompokan ulang dan fusi dengan tendensi politik lain yang bergerak kearah yang sama adalah sebuah taktik yang penting, dengan kemungkinan mendapatkan kesepakatan dihadapan perkembangan politik yang baru – sebagai contoh, Bolshevik-nya Lenin bersatu dengan Mezhraiontsy-nya Trotsky pada tahun 1917; persatuan Cannon dengan kelompok Musteites pada tahun 1934 dalam membangun kelompok Trotsky Amerika Serikat.
  • Taktik entry (masuk) kedalam partai lain, secara umum yang memiliki dukungan luas, dengan tujuan memenangkan beberapa basis, mengurangi isolasi, mencari hubungan dengan buruh yang semakin radikal – sebagai contoh, entry kaum Trotsky AS kedalam Partai Sosialis pada tahun 1936, taktik entry yang berhasil yang bertahan hanya satu tahun. Atau taktik entry yang lebih lama dari beberapa kelompok Trotsky kedalam Partai Buruh Inggris. Beberapa kelompok Trotsky Eropa juga mencoba taktik entry kedalam partai-partai Komunis
  • Konsentrasi didalam industri, atau industri tertentu, atau kampus, atau komunitas atau sektor sosial tertentu.
  • Front persatuan, koalisi atau blok. Berpartisipasi dengan kekuatan lain, dalam persatuan yang lebih luas dalam kampanye tertentu, untuk terlibat dalam pemilihan umum atau menerbitkan koran, membangun sebuah partai baru, atas dasar yang lebih rendah dari program revolusioner mu.
  • Nama partai atau bentuknya tidaklah tetap. Hal tersebut dapat berubah mengingat perubahan situasi politik.

Satu pelajaran adalah bahwa kita tidak mengesampingkan taktik apapun. Sama pentingnya kita telah belajar bahwa yang terbaik adalah untuk tidak terjebak pada taktik tertentu. Taktik dapat diimplementasikan dengan baik atau buruk. Kesalahan dapat terjadi, namun biasanya bisa diperbaiki, jika kita melihatnya hanya sebagai taktik. Ketika taktik diangkat menjadi strategi maka lebih sulit untuk memperbaikinya.

Taktik Dijadikan Strategi

Bahkan dalam kasus Internasional Keempat (FI), ketika tidak ada begitu banyak partai utama yang memimpin kecenderungan dibandingkan dengan organisasi internasional yang lainnya, terdapat tendensi untuk mencari taktik universal. Kita melihatnya dalam kasus taktik entry. Taktik tersebut dapat berguna diwaktu dan tempat tertentu, namun taktik tersebut tidak dapat digeneralisasi dan bertahan dalam waktu yang terlalu lama. Taktik tersebut masih merupakan “ayat keyakinan” bagi beberapa kecenderungan Trotskis, namun merupakan masalah bagi FI untuk beberapa dekade. Taktik tersebut diajukan oleh Trotsky dalam kondisi sulit pada tahun 1930an, “French turn”, dan beberapa kelompok Trotsky menerapkannya. [ix] Dalam beberapa kasus, sebagai contoh kelompok kecil di Australia, taktik entry kedalam Partai Buruh tidak diterapkan hingga pertengahan Perang Dunia II, ketika motivasinya agak berbeda: kelompok tersebut dilarang, sehingga kerja publik tidak lagi mungkin. [x] Dengan permulaan Perang Dingin, argumentasi lebih lanjut dikembangkan untuk taktik entry oleh sekretaris Internasional Keempat, Michel Pablo, yang mendukung “deep entry”, untuk periode yang diperpanjang. Taktik tersebut terbukti bencana bagi kebanyakan kelompok-kelompok Trotskis.

Untuk partai-partai dari generasi “kita”, yang muncul dari radikalisasi tahun 60an – disekitar kampanye menentang Perang Vietnam, diinspirasikan oleh pemberontakan revolusioner Mei-Juni 1968 di Perancis, Australia, AS, Eropa – revolusi adalah nyata. Revolusi Kuba baru saja terjadi. Juga Vietnam. Taktik entry terlihat ketinggalan jaman.

FI lepas dari “prinsip” entry pada tahun 60an, dan sebagian besar menyetujui hal tersebut dalam debat membangun didalam FI pada tahun 70an. Kita harus mengatasinya di awal-awal tahun pembangunan partai kita. Banyak yang tidak berhasil, seperti Bob Gould, yang tetap pada keanggotaan Partai Buruh Australia sepanjang hidupnya.

Namun mayoritas FI terjebak pada taktik lagi. Pada saat Kongres Dunia mereka tahun 1969, mereka mengangkat taktik perang gerilya di Amerika Latin (dan di tempat lain!) menjadi strategi. Hal tersebut terbukti merupakan bencana bagi FI, dan memakan perdebatan panjang dan perjuangan faksional untuk berbalik arah. [xi] Ada posisi berlawanan di FI antara perspektif pembangunan partai seperti yang kita lihat dalam tradisi Cannon, dipimpin oleh SWP AS dan taktik yang diangkat menjadi strategi dalam tradisi FI Eropa.

SWP dengan tepat menolak strategi perang gerilya namun pada akhir 70an jatuh pada taktik yang diangkat menjadi strategi lainnya, “turn to industry (bergerak ke basis industri)”. Ini adalah taktik yang salah berbasiskan atas perkiraan salah terhadap situasi politik, perkiraan terhadap perjuangan dan radikalisasi industrial yang akan datang. Hal tersebut menjadi strategi semboyannya (sebenarnya ditutupi oleh fakta bahwa pemimpin SWP Jack Barnes memiliki motif jahat faksional secara internasional diawalnya, untuk “menyingkirkan kelompok-kelompok Eropa”, dan mungkin motivasi jahat faksional terhadap partainya sendiri – untuk menjamin kontrol dan dominasinya, dan menyingkirkan oposisi). Namun senjata makan tuan. Dia terjebak, dan menghancurkan SWP AS.

Kami di DSP menjalankan perubahan tersebut, dengan beberapa hasil positif dan pengalaman yang berguna, meskipun terdapat kerugian juga. Ketika menjadi jelas bahwa kebangkitan klas buruh yang diperkirakan oleh taktik bergerak ke basis industri tidak terjadi, kita membuat penyesuaian, memungkinkan kita untuk dengan cepat meningkatkan kerja politik kita diantara mahasiswa dan dalam berbagai kampanye dan gerakan. Namun SWP AS menolak menerima fakta, terus menjalankan taktik bergerak ke basis industri, bahkan “memperdalam”-nya, menggulirkanya terus menerus. Hal tersebut bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan degenerasi SWP AS, namun merupakan penyebab utama – penolakan untuk menerima fakta dan semua distorsi politik yang muncul darinya.[xii]

Sekarang terdapat bencana lain dalam taktik-menjadi-strategi, strategi “partai luas”, yang telah menghancurkan DSP, membingungkan FI dan merusak atau menghancurkan sejumlah partai-partai revolusioner diseluruh dunia.

Menyalahgunakan Marx, Engels dan Lenin Mengenai “Partai Luas”

Sering sekali mereka yang mendukung strategi “partai luas” sebagai gerak mundur permanen dari perspektif revolusioner masih ingin berpegang teguh pada beberapa kemiripan ortodoksi, sebagai contoh mengklaim dirinya mengikuti tradisi sejati Marx atau Lenin. Dan memang mungkin menemukan didalam pernyataan dan tulisan kutipan Lenin dan Marx yang dapat diterapkan untuk membenarkan gerakan mundur tersebut namun sebenarnya anda berargumentasi berlawanan dengan apa yang diperjuangkan Marx dan Lenin sepanjang hidupnya.

Terdapat tendensi untuk mementingkan persoalan basis massa diatas persoalan program dan kepemimpinan, ketimbang memahami hubungan dialektis keduanya. Pendukung “partai luas” keluar dengan seruan hampa yang menarik bagi kaum liberal: “tindakan vs kata-kata”, dsb. Mereka tidak memahami atau sengaja melupakan pengalaman sebenarnya dari gerakan Marxis dijaman Marx dan Engels atau jaman Lenin.

Kadang kala dalam perdebatan diantara kaum revolusioner, mereka yang mulai bergerak menjauh dari membela perspektif revolusioner akan cenderung pertama kali untuk menolak Lenin, berpendapat bahwa Leninisme menyebabkan Stalinisme (kadang kala melalui “Zinovievisme”) atau bahwa kondisi Rusia adalah sangat khusus dan model partai Bolshevik tidak dapat diterapkan didalam kondisi yang lainnya. Sering dalam gerak mundur mereka dari revolusi mereka akan berpendapat untuk sebuah solusi organisasional seperti “partai luas”, sebuah “partai sepenuhnya-inklusif” atau sebuah “partai pluralis” sebagai jalan untuk menggapai massa, sebelum mengakui bahwa partai semacam itu harus memiliki program yang non revolusioner dan bahwa mereka bergerak menjauh dari perspektif revolusioner.

Kadang kawan-kawan tersebut akan mencoba mengajukan pandangan untuk “kembali ke pendekatan pembangunan partai Marx dan Engels”, namun biasanya tanpa pemahaman apapun mengenai apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh Marx dan Engels.

Sepanjang hidupnya Marx dan Engels sangat jelas terhadap kebutuhan partai klas buruh yang khusus, dengan sebuah program revolusioner, ketimbang sebuah partai yang sepenuhnya inklusif. Sebagai contoh pada tahun 1882 Engels memberikan dukungan kepada Guesde dan minoritas sayap kiri ketika mereka keluar dari Partai Buruh Perancis, yang terbagi menjadi kelompok Guesdist dan kelompok “posibilis”, yaitu partai reformis. Engels menggambarkan perpecahan tersebut sebagai perpecahan “elemen-elemen yang tidak kompatibel”, perpecahan “yang tidak dapat dihindari” dan perpecahan yang “baik”.

“Jika seperti kelompok posibilis, kamu membangun partai tanpa sebuah program, partai yang siapapun dapat bergabung, maka itu bukan menjadi partai lagi”, menurut Engels. “Untuk sementara menjadi minoritas dengan program yang tepat…masih lebih baik ketimbang besar namun oleh karena itu hanya seolah-olah ada pengikutnya.” [xiii]

Seruan “persatuan kiri” telah menjadi seruan permanen untuk beberapa kelompok dijalan ini. Di Australia, seruan ini muncul dari kelompok yang mengeluarkan semua kelompok-kelompok lainnya dari Socialist Alliance, mengalienasi kebanyakan individu-individu independen aktifnya, kemudian mengeluarkan kami, minoritas yang membentuk RSP. Sungguh bukan cerminan dari seruan persatuan!

Adapun mengenai persatuan, seluas mungkin dalam kondisi apapun, Engels berkata seperti ini:

Kita jangan membiarkan diri kita sendiri disesatkan oleh seruan untuk “persatuan”. Mereka yang menggunakan kata-kata ini paling sering dibibir mereka adalah mereka yang paling sering menyebarkan perpecahan, seperti yang dilakukan oleh kelompok Bakunis Jura sekarang di Swiss, yang memprovokasi semua perpecahan, berteriak paling kuat mengenai persatuan. Mereka yang fanatik persatuan tersebut adalah orang yang terbatas kecerdasannya yang ingin mengaduk-aduk semuanya menjadi satu adonan mencolok, yang ketika saatnya untuk didiamkan, kembali melemparkan perbedaan-perbedaan dalam oposisi yang lebih akut karena mereka semua sekarang berada dalam satu wadah… Untuk alasan tersebut sektarian, tukang berkelahi dan penyamun terbesar pada waktu-waktu tertentu adalah tukang teriak persatuan yang paling besar. Tidak pernah ada didalam masa hidup kita mereka yang memberikan kita masalah paling banyak dan paling khianat ketimbang tukang teriak persatuan. [xiv]

Mengenai puas terhadap yang lebih rendah dari program revolusioner, Marx dan Engels menulis pedas sarkastik dalam suratnya. Target dari polemik mereka dalam usulan merubah partai Sosial Demokrasi Jerman dari program revolusioner ke reformis.

Jangan ada yang salah memahami kami (mereka menegaskan); kami tidak ingin “melepaskan partai dan program kami namun menurut pendapat kami, akan cukup banyak yang kita lakukan untuk tahun-tahun kedepan jika kita mengkonsentrasikan seluruh kekuatan kita, seluruh energi kita, untuk mencapai tujuan-tujuan langsung tertentu yang dalam kondisi apapun harus dimenangkan sebelum bisa ada pemikiran apapun mengenai mewujudkan aspirasi yang lebih ambisius.”

Juga kemudian borjuasi, petty-borjuis dan buruh yang “yang sekarang menjadi takut…oleh tuntutan-tuntutan ambisius”, akan bergabung dengan kita secara massal.

Program tersebut tidak akan dihapuskan namun hanya ditunda – untuk periode yang belum ditentukan. Mereka menerimanya – bukan untuk dirinya sendiri dalam masa hidupnya namun setelah meninggal, sebagai pusaka untuk anak cucu mereka. Sementara mereka mengabdikan “seluruh kekuatan dan energi” mereka untuk segala macam hal-hal sepele, bermain-main jauh didalam tatanan sosial kapitalis sehingga setidaknya sesuatu terlihat telah dilakukan tanpa membuat khawatir para pemilik modal. [xv]

Dan Engels lagi:

Persatuan itu adalah sesuatu yang cukup bagus asal itu dimungkinkan, namun ada sesuatu yang berdiri lebih penting dari persatuan. Dan ketika, seperti Marx dan diri saya sendiri, seseorang telah berjuang keras sepanjang hidupnya melawan orang-orang yang mengaku sosialis ketimbang melawan yang lainnya (karena kami hanya menganggap para pemilik modal sebagai sebuah klas dan jarang sekali terlibat dalam konflik dengan individu pemilik modal), seseorang tidak bisa berduka mendalam karena itu adalah perjuangan yang tidak dapat dihindari. [xvi]

Dan seperti ditulis oleh Lenin:

Persatuan adalah hal yang bagus dan slogan yang bagus. Namun apa yang dibutuhkan oleh tujuan perjuangan buruh adalah persatuan antar kaum marxis, bukan persatuan antara kaum Marxis dengan lawan dan tukang mengacaukan Marxisme.[xvii]

Belum Tepat Untuk Sebuah Partai Revolusioner?

James P. Cannon mencatat mereka yang mundur dari perspektif membangun partai revolusioner mencoba untuk menggunakan Engels. Dalam suratnya untuk Vincent R. Dunne, dia menulis:

Sepertinya semua bekas kaum revolusioner, Trotski reformis, kaum murtad dan tukang kabur menyandarkan dirinya pada Engels. Mereka tidak memiliki keberanian untuk mengambil potongan pemilkiran dari Engels; pemikiran yang sebenarnya berasal dari mereka sendiri dan mereka mencoba mencari bukti-bukti dari Engels setelah fakta yang terjadi.

Mereka mengklaim dukungan Engels terhadap pendapat mereka – satu hal yang semuanya setuju – adalah bahwa salah untuk membangun partai revolusioner dibawah kondisi saat ini ketika jumlah kaum revolusioner yang sadar sangat sedikit. Mereka semua berkata bahwa hal ini adalah sektarian – bukan hanya kebijakan dan praktek partai semacam itu, namun klaim sebuah partai kecil atas hak untuk hidup, terlepas dari tujuan dan tindakannya…

Namun ketika saya masuk kedalam kontroversi mengenai surat Engels, saya tidak akan membatasi diri saya sendiri pada seputar persoalan sektarianisme. Masalah sebenarnya seperti yang berkembang adalah upaya untuk menggunakan otoritas Engels untuk melikuidasi konsepsi partai sosialis, berdasarkan atas program yang jelas – partai yang dibawah kondisi sekarang pasti kecil – demi cikal bakal partai “besar” yang akan dibangun dimasa depan oleh beberapa orang yang nama dan alamatnya tidak diketahui, sebagai hasil dari perkembangan lebih jauh proses spontan. Itu sepenuhnya keliru karena gagasan tentang partai – besar atau kecil – menyaratkan program dan oleh karena itu kesadaran

Jika seseorang hanya ingin partai “besar”, hanya ingin sebuah partai saja, maka partai jenis apapun bisa; namun hanya sebuah partai Bolshevik yang mampu untuk perang dan revolusi. Itu saya pikir adalah putusan konklusif dari pengalaman sejarah. Lebih dari itu, pembangunan partai semacam Bolshevik tidak dapat ditunda hingga semua orang menyadari pentingnya. Proyek tersebut harus dimulai oleh mereka yang telah siap, bersedia dan mampu. Begitulah caranya dilakukan di Rusia, dan tak seorangpun belum menemukan cara yang lebih baik.[xviii]

“Partai Luas” Didorong Secara Internasional

Sebagai tanggapan terhadap kondisi politik umum yang digambarkan diatas, ide membangun partai anti kapitalis atau anti neoliberal luas adalah sebuah taktik yang dipertimbangkan oleh kaum Marxis dibanyak negeri-negeri kapitalis maju selama satu atau dua dekade belakangan ini. Dimana gerakan buruh dan partai-partai yang eksplisit Marxis lemah, pembangunan partai luas tersebut dilihat sebagai taktik yang dapat mengambil keuntungan dari kondisi yang berubah, menanggapi kebangkitan dan mendapatkan keuntungan dari semakin terbongkarnya kesalahan pemimpin-pemimpin tua dari gerakan buruh. Ini tentunya terjadi diantara kalangan kiri internasional yang memiliki kontak paling banyak dengan kita, terutama sekali Internasional Keempat. Di Inggris dan Eropa ada diskusi intensif dan memikirkan serta menguji taktik ini.

FI terutama sekali di Eropa, dimana mereka paling kuat, mengadopsi pendekatan usaha untuk membangun partai-partai anti kapitalis, dan banyak seksi-seksi FI mendapatkan berbagai macam pengalaman dengan taktik tersebut. Kongres Dunia FI pada tahun 1995 mengadopsi dokumen berjudul “Membangun Internasional Hari Ini” dengan perspektif pengelompokan ulang dan “mutasi” dari basis sejarahnya.[xix]

Dalam laporan oleh François Vercammen yang dibacakan pada Kongres Dunia FI pada Februari 2003 pendekatan tersebut digambarkan sebagai berikut: “Selamat hampir sepuluh tahun, Internasional Keempat telah bekerja dengan kecenderungan lain dari kiri radikal non sektarian, untuk sebuah pengelompokan ulang luas serta anti kapitalis pluralis dalam rangka mengalahkan kiri sosial-libaral.” [xx] Dokumen mengenai “Peran dan Tugas Internasional Keempat” membela tujuan membentuk partai-partai anti kapitalis, luas, pluralistic. [xxi]

Hasilnya sangat bervariasi, secara alami sangat tergantung pada kondisi politik dan kemungkinan khusus di tiap negeri. Namun taktik individual telah berjalinan dengan hasrat ingin menghasilkan pendekatan seluruh Eropa, serta keseluruhan pertanyaan meningkatnya integrasi kapitalis Eropa serta persoalan membangun Partai Kiri Eropa. Juga terdapat tekanan FI untuk mencari makna baru untuk FI itu sendiri serta bahaya umum yang telah melanda FI dimasa lalu – tendensi untuk merubah taktik menjadi strategi menyeluruh.

Salah satu sisi negative dari “internasional” seperti Internasional Keempat dan International Socialist Tendency yang dipimpin oleh SWP Inggris dan Committee for a Workers International yang dipimpin oleh Partai Sosialis di Inggris, adalah terdapat tendensi untuk mengeneralisir taktik. [xxii] Dalam kasus “internasional” diarahkan oleh partai induk, sering di Inggris dalam kasus internasional kelompok Trotskis, biasanya perubahan taktik yang ditentukan atas dasar kondisi dan pengalaman Inggris digeneralisasi dan diterapkan kepada partai-partai sekawan mereka di negeri-negeri lainnya, sering dalam kondisi yang cukup berbeda, dan tanpa dengan cukup memperhitungkan situasi nyata.

FI mengadopsi perspektif membangun partai-partai anti kapitalis di Eropa dan negeri-negeri lainnya. Meskipun DSP bukan bagian dari “internasional” manapun yang ada, kami mengikuti peristiwa-peristiwa internasional dengan dekat, mencari ide-ide. Namun pengadopsian persepektif “partai luas” atau “ partai “anti kapitalis” digeneralisasi, terutama untuk partai-partai yang merupakan bagian dari internasional. Mayoritas kepemimpinan DSP juga mengadopsi hal tersebut sebagai eprspektif strategi umum, meskipun perbedaan dari masing-masing negeri, meskipun kegagalan untuk majunya perjuangan klas dan meskipun kegagalan jelas dari Socialist Alliance disini. Namun kebanyakan dari usaha membangun partai luas tersebut telah gagal.

Diatas keseluruhan persoalan internasional dan FI, kontradiksi dari garis “membangun partai-partai anti kapitalis” terungkap. Dokumen utama yang dirancang untuk Kongres Dunia FI pada bulan Februari 2010, “Peran dan Tugas FI”, menegaskan kembali garis “partai-partai anti kapitalis luas”:

Tujuan umum, melalui berbagai jalan berbeda, adalah pembangunan partai-partai anti kapitalis luas. Ini bukanlah sebuah soal mengambil rumus lama pengelompokan ulang kecenderungan revolusioner saja. Ambisi untuk menyatukan kekuatan diluar yang hanya revolusioner saja. Ini bisa berupa dukungan dalam proses menyatukan kekuatan bersama selama mereka jelas mendukung pembangunan partai-partai anti kapitalis. Meskipun tidak ada model, karena setiap proses menyatu bersama memperhitungkan kekhususan nasional dan hubungan kekuatan, sehingga tujuan kita harus mencari kekuatan politik anti kapitalis luas mandiri terlepas dari sosial demokrasi dan kiri tengah, formasi yang menolak kebijakan apapun yang mendukung atau terlibat dalam pemerintahan klas kolaborator, pemerintahan hari ini dengan sosial demokrasi dan kiri tengah.[xxiii]

Kritik oleh salah satu kelompok FI Jerman sangat masuk akal:

Kami berpikir tidak dapat ada taktik tunggal untuk membangun sebuah organisasi revolusioner. Namun teks yang didiskusikan menyatakan bahwa bisa terdapat garis pembangunan universal, meskipun situasi di berbagai negeri berbeda dan meskipun kebanyakan dari seksi tidak dapat menerapkan taktik pengelompokan ulang dengan kekuatan lainnya dan atau bahkan menerapkan garis pembangunan organisasi luas. Demikian “partai luas” tidak dapat menjadi tujuan universal dalam membangun organisasi kita…

Kita harus memberikan tanggapan jujur terhadap kerja kita didalam “partai-partai luas” karena diberbagai negeri formasi “partai-partai luas” mengalami kegagalan. Di Italia PRC dengan stabil mengambil jalan ke kanan. Di Brazil, proyek “partai luas”, PT, yang bahkan terlihat anti kapitalis pada permulaan telah berubah menuju proyek neoliberal.

Dibelakang debat partai anti neoliberal/ partai anti kapitalis, kita dapat melihat perdebatan yang lebih tua mengenai pertentangan antara partai reformis dan partai revolusioner. Salah satu point kunci adalah sikap terhadap apparatus Negara pemilik modal.

“Kita tidak melihat kegunaan untuk menerapkan sebuah taktik universal untuk pembangunan partai-partai “luas”, “anti neoliberal” atau partai-partai “anti kapitalis”, mereka simpulkan.

Sering taktik-taktik semacam itu dilebih-lebihkan menjadi strategi, yang – dalam kasus terbaik – terbukti hanya imajinasi ketika dihadapkan dengan kenyataan tradisi kongkrit, evoluasi dan perspektif dari gerakan buruh nyata diberbagai negeri. Dalam kasus terburuk, skema-skema dipaksakan kepada seksi-seksi, menyebabkan beberapa masalah dimereka. Pada prinsipnya kami tidak menentang taktik serupa atau taktik yang berjenis sama ditingkatan internasional, namun kami melihat taktik terseut berguna hanya dalam konteks kebangkitan internasional perjuangan buruh, sebagai contoh seperti pada tahun 1917-23, 1934-37, 1968-1974/75. Selama periode bertahan, perbedaan antara gerakan buruh di negerinya masing-masing jauh lebih jelas, sehingga sulit untuk menerapkan sebuah taktik umum. [xxiv]

Peringatan dan Bahaya

Laporan internasional saya pada Kongres DSP, Januari 2001 telah menilai dorongan ini dan mengakui beberapa sisi negatif dari proses pembaharuan dan ketertarikan dalam partai-partai pluralis luas:

Pembaharuan dan pengelompokan ulang sosialis seperti apa yang mungkin diseluruh dunia? Partai seperti apa yang dibutuhkan? Dapatkan itu hanya pada basis anti kapitalis luas? Atau kita butuh partai-partai Marxist revolusioner segera?

Mungkin hal itu bergantung pada masing-masing negeri. Terdapat kondisi sosial yang bervariasi, dan situasi politik yang sangat berbeda. Gerakan dan partai-partai berada pada tahapan perkembangan yang berbeda, dan memiliki warisan politik yang berbeda. Kita tidak dapat terlalu memberikan ketetapan terhadap hal tersebut.

Beberapa negeri butuh pengelompokan ulang anti kapital, luas, dengan kekuatan Marxis revolusioner hanya berfungsi sebagai kecenderungan didalam gerakan yang lebih luas. Kadang kala kaum Marxis revolusioner mampu memimpin pengelompokan ulang, seperti didalam Scottish Socialist Party. Kadang kala kaum revolusioner akan menjadi minoritas. Kadang kala akan ada variasi tendensi Marxis. Tentu saja ada kebutuhan untuk pendirian sadar anti sektarian untuk keberhasilannya.

Juga jelas bahwa kita tidak butuh faksi internasional, atau internasional palsu dengan delusi keagungan. Kita telah mengalami banyak efek negatif dari internasional semacam itu.

Namun tujuan, tugas, adalah untuk mendapatkan partai revolusioner Marxis, partai Leninis, partai Bolshevik, Tanpanya, sebuah revolusi tidak akan berhasil.

Jadi kita seharusnya tidak membuat kebajikan, atau kebutuhan dari langkah atau tahapan yang sementara atau parsial.

Demikian pula kita seharusnya tidak menjadikan prinsip dari gerakan mundur, atau bentuk organisasi yang lebih rendah yang harus diterima karena kelemahan politik dan organisasional.

Sebagai contoh, ide “kiri pluralis”, yang muncul dibeberapa tempat sebagai gambaran tipe partai yang baik, satu-satunya partai yang dapat diterima.

Tentu saja kita mendukung hak untuk memiliki tendensi, pentingnya diskusi dan perdebatan. Namun sayangnya beberapa telah menginterpertasikan bahwa hal tersebut adalah prinsip menentukan yang paling penting dari sebuah partai, dan membuat prinsip menjadi anti sentralisme demokratik, anti Leninis. Mereka mengesampingkan partai model Leninis, sebagai reaksi atas kejahatan Stalinisme dan kepada sektarianisme sempit dari kebanyakan gerakan Trotskis.

Hal ini dapat berakibat pada kemerosotan ke kanan, kemorosotan pada posisi politik sosial demokratik dan mundur dari proyek pembangunan partai secara keseluruhan.

Jadi apa hasil dari strategi “partai luas” secara internasional?

Terdapat beberapa bencana mutlak – di Brazil, Italia, Skotlandia, kegagalan berulang-ulang seperti di Inggris dan sekarang bencana di Perancis. Dibeberapa tempat seperti Portugal dan Denmark, kaum Marxis revolusioner hingga kini terlihat seperti mampu untuk mengatasi taktik tersebut dengan bijaksana dan di Syriza Yunani telah berfungsi secara sukses sebagai sebuah partai luas yang dalam periode krisis dan kebangkitan dapat menyatukan organisasi reformis dan revolusioner dalam perjuangan. Namun dibanyak tempat strategi yang dikejar menjadi merugikan terhadap pembangunan partai Marxis revolusioner. (Bersambung)

*John Percy adalah Pendiri dan Mantan anggota DSP. Mantan Sekretaris Nasional RSP. Dan saat ini anggota Socialist Alternative (Australia).

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *