Terjemahan Manifesto Komunis dan Relevansinya Saat Ini

Oleh Doug Lorimer

1

Manifesto komunis adalah dokumen yang paling terkenal dari seluruh dokumen yang pernah dibuat oleh gerakan sosialis. Dokumen tersebut dipublikasikan bulan Februari, 1848, saat terjadinya pergolakan perjuangan revolusioner di Prancis dan Jerman—gerakan massa revolusioner yang telah diramalkan oleh manifesto tersebut. Pengarang dokumen tersebut, Karl Marx dan Frederick Engels, memulai kehidupan politik mereka sebagai demokrat yang radikal, berjuang untuk hak-hak konstitusional di Jerman, khususnya bagi kebebasan pers, perwakilan rakyat serta pencabutan hak-hak istimewa kaum feodal. Pada pertengahan 1840-an, dua orang intelektual Jerman itu telah menjadi sosialis atau komunis yang militan, sebagaimana mereka menyebut dirinya sendiri—yang berjuang demi mewujudkan masyarakat tanpa kelas (berdasarkan pada kepemilikan bersama terhadap kesejahteraan produktif) yang dicapai dengan penggulingan revolusioner kekuasaan ekonomi-politik kapitalis. Manifesto Komunis adalah gambaran ringkas pandangan Karl Marx dan Frederick Engels.

2

Kedua pengarang Manifesto tersebut bukan lah yang pertama yang mengembangkan visi tentang masyarakat tanpa kelas. Sebagaimana mereka sendiri kemudian mencatat, pada abad ke-16 dan ke-17, ada orang-orang yang lebih dahulu mengembangkan visi tersebut dengan menawarkan gambaran utopia kondisi sosial ideal; pada abad ke-18, sudah terdapat teori komunistik aktual “…(yang menjelaskan bahwa) bukan hanya sekedar hak-hak istimewa kelas yang harus dihapuskan , tetapi perbedaan kelas itu sendiri”. (2) Prestasi besar Marx dan Engels dalam melihat proses sejarah sesungguhnya atau, dalam pandangan mereka, bahwa sosialisme bisa menjadi realitas material. Dan mereka menemukan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. ”Untuk membuat ilmu tentang sosialisme”, Engels menunjuk pada pamfletnya pada tahun 1880, “Socialism: Utopian and Scientific”, yang menjelaskan bahwa “sosialisme harus ditempatkan pada basis riil/nyata nya” (3).

“Basis riil/nyata” tersebut adalah konsepsi materialis dalam memahami sejarah, yang dapat menunjukkan bahwa sosialisme tidak dapat dijelaskan berdasarkan persuasi (semua) moral kemanusiaan yang memiliki visi masyarakat tanpa kelas, tetapi melalui perebutan kekuasaan politik oleh kelas tertindas, yakni proletariat. Hal tersebut lah yang merupakan kesimpulan utama dari kerja awal Marx dan Engels dalam menggarap prinsip-prinsip teori/ilmu materialisme historis—lihat The German Ideology.

Ditulis antara bulan November, 1845 sampai April, 1846, The German Ideology—yang tak pernah diterbitkan saat Marx dan Engels masih hidup —menjelaskan bahwa terdapat kontradiksi antara perkembangan tenaga produktif manusia dengan (bentuk kadaluarsa) kepemilikan tenaga produktif, dan itulah yang merupakan basis material perubahan dari satu sistem sosial ke sistem sosial lainnya. Juga ditunjukkan bahwa kontradiksi objektif tersebut merupakan akar persoalan perjuangan kelas antara proletariat dengan kapitalis (penghisap), perjuangan yang hanya bisa diselesaikan oleh revolusi komunis.

Di awal tulisan “Theses on feurbach”, yang diterbitkan tahun 1845, Marx telah merumuskan gagasan bahwa, lewat praktek revolusiner, manusia tak sekakadar merubah situasi materialnya saja tetapi juga merubah diri mereka sendiri. Dalam “The German Ideology”, Marx dan Engels menekankan bahwa susunan sosial baru yang kwalitatif hanya bisa diwujudkan melalui revolusi sosial. Menurut mereka, revolusi sangat dibutuhkan “…tak hanya karena kelas berkuasa tak bisa digulingkan dengan cara lain, tetapi juga karena penggulingan kelas hanya bisa diwujudkan oleh keberhasilan revolusi untuk melepaskan diri mereka dari semua sampah zaman dan menemukan masyarakat yang baru”. (4)

Langkah pertama dalam revolusi sosial-komunis, menurut “The German Ideology”, adalah perebutan kekuasaan politik oleh proletariat. Gagasan tersebut digambarkan sebagai berikut, ”Setiap kelas yang mendominasi, bahkan ketika dominasinya dilakukan oleh proletariat, akan mengarah mengarah pada penghilangan bentuk masyarakat lama—yang kreteria dominasinya secara umum dilihat juga dari segi jumlahnya—dan untuk mencapainya pertama-tama harus merebut kekuasaan politik.” (5)

Sering diasumsikan bahwa kontribusi utama yang telah dibuat Marx kepada pemikiran sosialis adalah ide bahwa sejarah adalah produk perjuangan/pertarungan antara kelas-kelas sosial. Bagaimanapun, Marx sendiri mendebat dirinya sendiri tentang pandangan ini. Dalam sebuah surat yang di tulis tanggal 5 Maret, 1852, Marx menjelaskan secara gamblang apa yang menurutnya benar-benar baru:

“Sejauh menyangkut diriku, tak ada kewajiban yang dibebankan padaku untuk membongkar eksistensi kelas-kelas dan perjuangannya dalam masyarakat modern. Jauh sebelumku, sejarawan borjuis telah menggambarkan perkembangan historis perjuangan kelas tersebut, dan ekonom borjuis telah memberikan anatomi ekonomi kelas-kelasnya. Apa yang baru dariku adalah penjelasan: 1) bahwa keberadaan kelas-kelas terkait dengan fase-fase sejarah dalam perkembangan produksi, 2) bahwa perjuangan kelas mau tak mau mengarah pada kediktatoran proletariat, 3) bahwa kediktatoran ini sendiri hanyalah bentuk transisi/peralihan menuju penghapusan seluruh kelas dalam masyarakat atau pembentukan measyarakat tanpa kelas.” (6)

Menurut Lenin, tidak benar bahwa poin utama teori Marx adalah perjuangan kelas. Hal tersebut telah dijelaskan oleh para ideolog kelas kapitalis sebelum Marx, dan secara umum diterima borjuis. Apa yang diajarkan Marx adalah sesuatu yang baru, yang tak bisa diterima oleh para pemikir borjuis, yaitu pengakuan bahwa perjuangan kelas dalam masyarakat kapitalis modern hanya bisa diakhiri dengan perebutan kekuasaan Negara oleh kelas terhisap, yakni kelas pekerja. Dengan memberi komentar briliannya pada tahun 1917, yakni dalam tulisannya yang berjudul Negara dan revolusi, menurut Lenin, “dalam hal ini, Marx berhasil menjelaskan dengan gamblang, pertama, perbedaan radikal antara teorinya dengan teori terdahulu dan para pemikir borjuis; dan, kedua, intisari teorinya tentang negara”. (7) Dalam hal ini, Lenin mencoba mensistimatisir ide sentral dalam doktrin politik Marx.

Walaupun tidak tertata dengan baik, The German Ideology mampu menemukan kesimpulan teoritis tentang tugas riil kaum sosialis yakni, sebagaimana yang ditekankan oleh Lenin pada tahun 1899, “tidak menawarkan rencana membentuk lagi masyarakat, tidak dengan berkhotbah kepada kapitalis , tidak dengan mengadakan konspirasi, tetapi mengorganisir perjuangan kelas proletariat dan memimpinnya, tujuan utamanya adalah perebutan kekuasaan politik oleh proletariat dan mengorganisir masyarakat sosialis”.(8)

Dalam sepucuk surat kepada kaum sosialis Denmark pada tahun 1889, Engels menunjukkan bahwa “…kaum proletariat tak bisa merebut kekuasaan politik—sebagai satu-satunya pintu ke arah masyarakat baru—tanpa revolusi kekerasan. Bagi proletariat, agar menjadi cukup kuat untuk memenangkan pertarungan pada hari yang menentukan, maka mereka harus membentuk partai tersendiri, berbeda dengan yang lainnya, bertentangan dengan yang lainnya, yakni sebuah partai kelas yang sadar”. (9)

3

Setelah tahun 1844-45, setelah Marx dan Engels menyepakati beberapa prinsip dasar sosialisme ilmiah dan merumuskannya lebih rinci, seperti yang mereka tuangkan dalam menyusun “The german Ideology”, mereka kemudian, pada tahun 1846, berusaha, seperti yang dikatakan Engels, “memenangkan Eropa, dan sasaran pertamanya adalah proletariat German”. (10)

Di awal 1846, mereka merancang Komite Korespondensi Komunis Brussel, yang tujuannya adalah untuk membangun kontak dengan kelas pekerja radikal dan pemimpin-pemimpin sosialis di seluruh Eropa Barat, serta memfasilitasi penyebaran ide-ide sosialis ilmiah di kalangan mereka. Anggota komitenya terdiri dari Emigran Jerman, termasuk Breslau (bekas guru),Wilhelm Wolf, dan Joseph Werdemeyer (bekas serdadu artileri Prussia).

Marx dan Engels mendirikan komite yang sama ditempat lain, terutama di Jerman. Lewat Wolf, mereka membangun kontak dengan intelektual komunis di Silesia, sementara Werdemeyer berusaha membangun Komite Korespondensi Komunis di Westphalia dan propinsi Rhine.

Dalam membuat garis taktik yang harus diikuti kaum komunis di Jerman, Marx dan Engels menyarankan mereka agar mendukung tuntutan borjuis dalam hal konstitusi demokratik, kebebasan pers, perwakilan/parlemen dan sebaginya, karena bila tuntutan tersebut tercapai maka “era baru bagi propaganda komunis akan datang” (11). Konsekwensinya, kaum komunis harus mengambil peran aktif dalam aksi massa menentang rejim absolut feodal Jerman dan membantu kemenangan revolusi demokratik borjuis di Jerman agar terdapat kondisi yang lebih mudah bagi perjuangan proletariat melawan borjuis. Itu lah garis taktik yang diterapkan Marx dan Engels beserta organisasi mereka selama revolusi Jerman 1848.

Di antara mereka yang menerima pamflet dan surat kabar dari Brussels adalah para pemimpin Liga Keadilan Masyarakat Rahasia, dibentuk tahun 1836, yang anggotanya terdiri dari emigran Jerman, kebanyakan penjahit.

Beberapa tahun sebelumnya, Marx dan Engels telah bertemu pemimpin Liga Keadilan di Paris dan London, dan mereka diminta bergabung dengan organisasi tersebut. Namun demikian, pada saat itu, Liga Keadilan benar-benar dipengaruhi oleh pandangan borjuis-kecil romantik dan reaksioner—yakni posisi yang mempercayai kemungkinan tercapainya masyarakat tanpa kelas secara dadakan/instan bila hal tersebut ditetpakan/dilaksanakan oleh pemerintah revolusioner, yang salah satu tugasnya adalah mendistribusikan barang-barang konsumsi secara adil. Mereka menyangka bahwa pemerintahan revolusioner ersebut bisa terwujud tanpa melalui pengambilalihan kekuasaan politik oleh gerakan massa pekerja revolusioner, tetapi sekadar mengikuti ide-ide seorang komunis utopia Prancis, August Banqui, yakni melalui sebuah kudeta oleh masyarakat rahasia atau konspirator. Marx dan Engels menolak bergabung dengan Liga karena tak menyetujui tujuan dan maksud yang ditawarkannya, atau karena bertentangan dengan sosialisme proletariat.

4

Mendekati akhir tahun 1846, terjadi perubahan pandangan/posisi ideologi para pemimpin Liga Keadilan. Mereka tak puas dengan berbagai skema sosialis utopia, yang dinilai telah gagal menjawab persoalan-persoalan praktis gerakan kelas pekerja yang mereka organisir. Pada saat itu, mereka mulai melihat ide sosialisme ilmiah yang dipropagandakan di Brussels oleh Marx dan Engels , yang dianggap bisa merumuskan gerakan kelas pekerja ke arah yang benar.

Pada bulan November, 1846, komite eksekutif Liga Keadilan—di antaranya adalah Heinrich Bauer (si tukang sepatu), Joseph Moll (si pembuat jam), dan Karl Schapper (si juru ketik)—mengkampanyekan perlunya Kongres Komunis Internasional yang akan diselenggarakan pada bulan Mei, 1847 di London. Untuk itu, Moll diutus untuk menemui Marx di Brussels dan menemui Engels di Paris untuk meminta kesediaan mereka bergabung dengan Liga Keadilan dan turut terlibat dalam menyiapkan dokumen-dokumen Kongres. Mereka dijanjikan kebebasan penuh untuk menyampaikan pendapat. Dibawah kondisi tertentu, Marx dan Engels, yang sedang mencari organisasi yang lebih besar untuk bekerja di dalamnya, memutuskan untuk bergabung dengan Liga. “…pokoknya, anggotanya berkekuatan ratusan orang,” tulis Engels kepada Marx bulan Desember, 1846. (12)

Bulan Februari, 1847, Komite Eksekutif Liga Keadilan mengirimkan panggilan kedua, yang mencerminkan hasil diskusi antara pimpinan Liga Keadilan dengan Moll, Marx dan Engels. Komite tersebut melakukan gerakan Chartist di Inggris, yang mereka nilai sebagai sebagai sebuah contoh bagi kaum komunis namun ”sangat disesalkan, belum membangun sebuah partai” (13). Komite tersebut mengundurkan jadwal kongres, dari bulan Mei ke bulan Juni, untuk memberi waktu yang lebih lama bagi persiapannya. Agenda kongres termasuk reorganisasi menyeluruh Liga Keadilan, penetapan peraturan baru, konsiderasi program, dan sebuah terbitan periodik.

Kongres diselenggarakan pada tanggal 2-7 Juni, 1847. Marx tak bisa untuk menghadirinya karena tak punya uang. Engels, yang kemudian menjadi anggota Liga Keadilan, datang sebagai utusan cabang Paris, sementara Wolf datang sebagai utusan cabang Brussels.

5

Demi seluruh tujuannya, kongres membuat mendirikan suatu organisasi yang benar-benar baru, yakni dengan struktur dan prinsip-prinsip ideologi yang baru, serta nama yang baru pula, Bund der Kommunisten, atau Liga Komunis. Nama tersebut diambil berdasarkan program Liga Komunis, yang diselesaikan dan diringkas Engels (dalam bentuk kitab yang revolusioner) pada kongres berikutnya, dan kemudian populer di kalangan masyarakat pekerja sehingga diputuskan untuk disebarkan dan didiskusikan di cabang-cabang lokal.

Peraturan baru dirancang dengan partisipasi langsung Engels dan Wolff, kemudian disebarkan untuk didiskusikan di cabang-cabang lokal, sebelum ditetapkan dalam kongres berikutnya. Berdasarkan persetujuan antara Marx dan Moll, Liga Komunis mencabut semua praktek-praktek masyarakat konspiratif, yakni ritual semi-mistik dalam membai’at anggota baru, sumpah kesetiaan, peraturan mengenai tugas-tugas, dan konsentrasi berlebihan pembuatan keputusan di tangan lembaga-lembaga pimpinan yang tidak dipilih.

Di bawah peraturan baru, pembuat keputusan tertinggi Liga Komunis adalah Kongres, yang terdiri dari delegasi cabang-cabang lokal. Satu klausula dalam rancangan peraturan, yang memberikan hak pada organisasi lokal untuk menerima atau menolak keputusan Kongres, kemudian dihapus atas desakan Marx. Di antara Kongres dengan organ eksekutif Liga Komunis terdapat “Otoritas Sentral”, sebuah komite yang paling sedikit terdiri dari lima orang yang dipilih oleh “Lingkaran” atau “Distrik” saaat kongres diselenggarakan. Pada saat kongres diselenggarakan, Anggota Otoritas Sentral ditempatkan tanpa hak mengambil keputusan.

Unit basis Liga Komunis disebut “Komunitas”, yang anggotanya teridiri paling sedikit tiga orang dan paling banyak 20 orang. Masing-masing “Komunitas” memilih dua orang pimpinan—seorang ketua, yang memimpin pertemuan-pertemuan; dan wakilnya, yang bertanggung-jawab bagi pendanaan “Komunitas”. Dua atau lebih “Komunitas” dikelompokkan bersama sebagai sebuah ”Lingkaran”, sebuah organ eksekutif yang terdiri dari orang-orang yang dipilih komunitas masing-masing, dan akan diketuai oleh seorang Presiden terpilih. “Lingkaran-lingkaran” dalam suatu negara bagian atau propinsi disubordinasikan ke dalam “Lingkaran Otoritas”, yang dipilih Kongres dan bertanggung-jawab kepada “Otoritas Sentral”.

“Komunitas”, “Lingkaran Komunitas”, dan “Otoritas Sentral” bertemu paling sedikit sekali dalam empatbelas hari. Anggota “Lingkaran Otoritas” dan “Otoritas Sentral” dipilih setahun sekali, dan dapat dipilih serta dicopot (recall) kembali jabatannya oleh para pemilih setiap saat. “Otoritas Sentral” berwenang menyelenggarakan diskusi di kalangan anggota Liga Komunis.

Anggota yang maju, yang telah paham dan patuh pada pertauran, ditempatkan di Liga Komunis dengan persetujuan komunitas lokal mereka. Juga dibuat peraturan mengenai pemecatan anggota yang merusak kondisi keanggotaan, dan anggota yang dipecat itu dapat diakui kembali hanya dengan kebijakan “Otoritas Sentral” atas usulan “Lingkaran”.

Anggota Liga Komunis diharuskan mengakui prinsip-prinsip Liga Komunis, mengatur suatu “jalan hidup dan aktivitas yang berhubungan” (14) dengan tujuan-tujuan organisasi, mensubordinasikan aktifitas mereka kepada keputusan-keputusan organisasi, menjaga kerahasiaaan urusan internal Liga Komunis, tidak berartisipasi dalam organisasi anti-komunis, dan segera memberi tahu kepada organisasi tentang partisipasinya di organisasi lain. Persyaratan yang terakhir tersebut ditulis dalam peraturan yang kemudian, atas inisiatif Marx, menjadi rancangan yang mengatur larangan inisial sectarian bagi anggota Liga Komunis yang bergabung dalam organisasi politik lain.

Marx kemudian mengatakan bahwa: ”Konstitusi demokratis ini, yang tidak tepat untuk masyarakat konspiratif (rahasia), pada tingkat tertentu, tidak bertentangan dengan tugas-tugas masyarakat propaganda.”

Kongres pertama Liga Komunis juga memutuskan untuk menghapuskan semboyan borjuis-kecil “Semua Manusia adalah Saudara”, dan menggantinya dengan semboyan yang dibuat Engels “Kelas Buruh Seluruh Dunia, Bersatu lah” (15)

Sekalipun demikian, di samping semua kemajuan ideologis yang diperoleh dalam kongres pertama, mereka terus memperlakukan Liga dalam pandangan-pandangan borjuis-kecil Liga Keadilan. Peraturan tersebut mendeklarasikan bahwa tujuan Liga adalah untuk “Menghancurkan perbudakan manusia dengan mencurahkan/mewujudkan segala upaya teori komunitas barang dan prakteknya secepat mungkin”. (16)

6

Berdasarkan kondisi obyektif di Jerman dan hambatan-hambatan yang ditemui para emigran dalam aktivitas politik mereka di negeri-negeri dengan rejim liberal, seperti Belgia dan perancis, Liga Komunis terpaksa harus bersifat organisasi rahasia. Tetapi Marx bersikukuh, berusaha meyakinkan bahwa organisasi tersebut tidak boleh mewarisi keadaan organisasi sebelumnya, terisolasi, kekuarangan kontak dengan massa dan pekerja. Ia percaya bahwa organisasi rahasia pekerja tetap memiliki pelopor; Liga Komunis harus dikelilingi dan bekerja dalam suatu jaringan kerja komunitas pekerja yang terbuka, seperti Masyarakat Pendidikan Pekerja Jerman di London. Liga Komunis juga harus membangun kontak dengan Masyarakat Pendidikan Pekerja yang sudah ada atau mendirikan yang baru.

Ide tersebut segera dipraktekkan, yakni dengan bekerja dalam Masyarakat Pendidikan Pekerja Jerman, yang didirikan oleh Liga Komunis di Brussels pada akhir Agustus, 1847. Anggota intinya berkembang dari 37 orang menjadi 100 orang dalam beberapa bulan. Organisasi tersebut menyediakan perpustakaan, menyelenggarakan kuliah bagi para pekerja, dan beberapa perayaan-perayaan sosial. Kemudian, Marx mengatakan: “Liga Komunis, yang berdiri di belakang komunitas pekerja terbuka, langsung menemukan ruang (mendesak) aktivitas mereka untuk berpropaganda secara terbuka dan juga mampu membesarkan dirinya sendiri bersama anggota-anggota terbaiknya. (17)

Rencana kongres pertama yaitu menerbitkan bacaan periodic liga secara teratur, ternyata hanya bisa direalisir satu nomor, yaitu edisi September, 1847, dengan nama Kommunistische Zeitschrift. Artikel dalam terbitan tersebut sebagian besar ditulis oleh Schapper, yang mengritik ide-ide sosialis utopia dan menjelaskan pandangan komunis terhadap persoalan taktis yang ditemui gerakan kelas pekerja di Jerman. Karena kurang dana, nomer dua tidak bisa terbit. Namun demikian pada tahun 1847, pimpinan Liga Komunis di Brusssels mengorganisir pengambilalihan kontrol editorial majalah tiga mingguan kelas pekerja yang sudah ada, yakni Deutsche-Brusseler Zeitung. Sejak itu, sampai nomer terakhir yang diterbitkan, yakni pada tanggal 27 Februari, 1848, koran tersebut merupakan organ tak resmi Liga Komunis.

7

Langkah selanjutnya dalam konsolidasi organisasional dan ideologis Liga Komunis adalah Kongres kedua, yang diselenggarakan di London pada tanggal 28 November hingga 8 Desember, 1847. Saat itu, baik Marx, maupun Engels, hadir. Program merupakan agenda utama kongres. Marx dan Engels harus mengerahkan seluruh kemampuannya dalam Kongres 10 hari tersebut untuk meyakinkan mayoritas yang hadir akan kebenaran pandangan mereka dan, akhirnya, mereka berhasil.

Hal tersebut tercermin dari perubahan pada pasal 1 peraturan Liga. Tujuan lama, yang ideal, yakni ”Masyarakat Barang” digantikan dengan formulasi baru. Tujuan baru Liga adalah ”Menggulingkan borjuasi, melenyapkan dominasinya terhadap proletariat, menghancurkan masyarakat borjuis yang berdasarkan antagonisme kelas, dan membangun masyarakat baru tanpa kelas serta tanpa kepemilikan pribadi.”(18)

Berdasarkan hasil kesepakatan, Kongres memberikan tanggung-jawab kepada Marx dan Engels untuk merancang secara rinci “praktek dan teori program partai” (19). Mereka menerimanya dan, kemudian, mereka menulis manifesto komunis.

Manifesto tersebut terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama, dibuka dengan pernyataan klasik: ”Sejarah semua masyarakat yang ada sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas”, garis besar pertumbuhan kelas kapitalis dan penghapusan feodalisme. Bagian pertama ini menyatakan bahwa tenaga produktif yang dibuat dalam masyarakat borjuasi—produksi mekanik mekanik berdasarkan kepemilikan pribadi terhadap sumber-sumber produktif proletariat, dan buruh-tersosialisasi—tidak lagi tepat dengan hubungan (sosial) produksi yang ada. Proletariat adalah kelas yang tak memiliki apa-apa, yang hanya mendapat upah yang ditentukan oleh borjuis, dan merupakan kelas revolusioner baru yang akan mengorganisir (secara sosial) buruh-kooperatif, serta satu-satunya kelas yang bisa mengambilalih tenaga produktif kooperatif demi kemajuan kesejahteraan manusia. Tetapi karena kemenangan borjuis terhadap kelas feodal merupakan penggantian peran sosial dari satu minoritas penindas ke minoritas penindas lainnya, maka, kemenangan proletariat dalam perjuangan kelas akan menguatkan mayoritas yang tertindas sehingga, dengan demikian makna pembebasan sosialnya menuntut penghapusan segala penindasan dan penghisapan kelas.

Bagian kedua menjelaskan peranan kaum komunis dalam perjuangan kelas antara proletariat dan borjuis.

Bagian ketiga menggambarkan pemikiran-pemikiran lain yang menyebut dirinya sebagai sosialis: kritik aristokrat feodal terhadap kapitalisme, perwaklan (anti-kapitalis) dari keruntuhan kelas pemilik kecil desa dan kota, reformis sosial-borjuis, dan sekte sosialis utopia idealis.

Bagian keempat menjelaskan posisi kaum komunis dalam kaitannya dengan gerakan demokratik radikal lainnya, dan tugas mendesak kaum komunis dalam revolusi demokratik borjuis di Jerman.

8

Walaupun nyata bahwa program Liga Komunis tertulis dalam Manifesto Partai Komunis, namun Marx dan Engels mengakui bahwa Liga Komunis hanyalah masih merupakan cikal-bakal dari partai yang mereka cita-citakan.

Manifesto tersebut hanya mengatur hal-hal paling umum mengenai konsepsi Marx dan Engels tentang partai kelas pekerja. Dalam bagian pertama Manifesto, mereka menunjukkan bahwa partai proletariat merupakan “organisasi proletariat dalam sebuah kelas”, yang “memaksa pengakuan legislatif terhadap kepentingan utama pekerja dengan mengambil keuntungan dari perpecahan di antara borjuis sendiri”.

Acuan mendesak yang dituntut pada legislatif, yaitu nota 10 jam kerja di Inggris, menurut Marx dan Engels menggambarkan perkembangan historis aktual pertama gerakan politik kelas pekerja, Asosiasi Perjanjian Nasional, di Inggris. Gerakan Chartis adalah front persatuan longgar serikat buruh, para pejuang yang menuntut 10 jam kerja sehari, demokrat-radikal dan humanis-borjuis, yang mencapai puncak aktivitasnya pada tahun 1842 dan runtuh pada tahun 1848.

Dalam bukunya tahun 1847, “The Poverty of Philosophy”, (20) yang isinya membantah si anarkis Perancis Pierre Proudhon, Marx menggambarkan transformasi perjuangan mereka, pertama, ketika masuk ke dalam serikat buruh, dan, kemudian, ketika masuk ke dalam “Partai politik besar di bawah nama Chartists”. Gambaran tersebut memperlihatkan kelas pekerja Inggris mulai mengembangkan dirinya, dari tidak berbentuk, memfragmentasikan “kelas dalam dirinya sendiri”, menjadi kohesif-nasional, mempertimbangkan “kelas untuk dirinya sendiri”.

Konsep Marx bahwa “setiap perjuangan kelas adalah perjuangan politik” (21), bukan berarti bahwa setiap perjuangan kelompok kecil buruh melawan majikan mereka adalah perjuangan politik. Dalam surat yang ditulis pada tanggal 23 November, 1871, Marx menjelaskan bahwa perjuangan kelas sejati adalah perjuangan kelas pekerja yang telah terorganisir dengan baik ketika menuntut kepentingan umum mereka melawan kekuatan (kolektif) politik kelas kapitalis. Tugas kaum komunis adalah melatih kelas pekerja “mengambil inisiatif kampanye melawan kekuatan (kolektif) politik kelas yang berkuasa, melalui agitasi terus menerus melawan kekuatan tersebut dan dengan menunjukkan sikap bermusuhan terhadap kebijakan kelas yang berkuasa”. Menurut Marx, dimanapun bila kelas pekerja kekurangan pelatihan revolusioner maka mereka “akan menjadi kelas pekerja yang menyerahkan permainan ke tangan perwakilan politik borjuis”. (22)

Bagian kedua Manifesto dipersembahkan untuk menjawab pertanyan “dalam hubungan apa kaum komunis mengemban kepentingan proletariat sebagai keseluruhan?” Bagian kedua Manifesto, memberi jawabannya: ”kaum komunis tidak membentuk partai terpisah dari partai kelas pekerja lain”. Hal tersebut dikarenakan mereka “tidak mempunyai kepentingan yang terpisah dari proletariat secara keseluruhan”. Lantas, mereka saling membantu dalam mencapai “tujuan mendesak” yang sama, selayaknya: ”seperti partai proletariat lain: mengukuhkan proletariat ke dalam suatu kelas, menggulingkan supremasi borjuis, merebut kekuasan politik oleh proletariat sendiri”.

Apa yang membedakan kaum komunis dengan partai kelas pekerja lainnya adalah: 1) dalam perjuangan nasional proletariat di berbagai negeri, mereka menunjukkan bahwa terdapat front kepentingn (umum) seluruh proletariat, pembebasan proletariat seluruh bangsa; dan 2) dalam berbagai tahapan perkembangan perjuangan kelas pekerja melawan borjuis, mereka selalu mewakili kepentingan gerakan secara keseluruhan.

Konsekuensinya, menurut Manifesto, dalam prakteknya kaum komunis ”di setiap negeri, merupakan bagian termaju atau paling menentukan di antara partai kelas pekerja lainnya, merekalah yang akan mendorong bagian lainnya”. Itu karena partai komunis, “di antara proletariat keseluruhan, mempunyai keuntungan yang lebih besar: mengerti benar garis massa, kondisi, dan hasil hasil utama gerakan proletariat.”

Dalam Poin polemik melawan Pieree Proudhon, setahun sebelumnya, poin tersebut pernah diucapkan Marx: kaum komunis adalah “teoritisi kelas prletariat”. (23)

Lalu, apa makna pernyataan Manifesto tentang hubungan antara kaum komunis dan kelas pekerja sebagai keseluruhan, yakni: bahwa kaum komunis tak mempunyai kepentingan yang terpisah dari kepentingan proletariat secara keeluruhan; bahwa mereka adalah pelopor teoritis kelas pekerja, dikombinasikan dengan pernyataan tentang bagaimana Liga Komunis, organisasi kecil kader revolusioner, yang memiliki beberapa ratus aggota yang menyebar ke seluruh Eropa Barat, harus berhubungan dengan organisasi politik kelas pekerja yang jauh lebih besar, misalnya saja organisasi Chartist dengan 40.000 anggotanya di Inggris? Jawabannya: para kader Liga Komunis, sambil membesarkan organisasi mereka sendiri, harus bergabung dengan organisasi kelas pekerja yang lebih besar dan harus membuat anggota organisasi tersebut yakin dengan pandangan-pandangan komunisme.

Pernyataan tersebut didasarkan pada orientasi taktis yang dipercaya Marx dan Engels: Liga Komunis yang kecil bisa bertransformasi menjadi sebuah Partai Komunis berbasis massa.

9

Liga Komunis itu sendiri runtuh tahun 1852 karena akibat gelombang reaksi dan represi yang menyapu Eropa pasca Revolusi borjuis demokratik yang gagal pada tahun1848-1849.

Dalam tahun-tahun awal keruntuhannya, Liga Komunis terpecah menjadi faksi-faksi antara Marx dan Engels serta pendukungnya, di satu sisi, dengan Schapper dan Willich serta pendukung mereka, di sisi lainnya.

Perjuangan faksional dimulai diakhir 1850, ketika Marx dan Engels menyimpulkan bahwa konsesi ekonomi yang diberikan monarki absolut di Jerman telah melicinkan jalan bagi ekspansi produksi kapitalis. Sampai pertengahan tahun 1850, Marx dan Engels percaya bahwa krisis ekonomi seperti tahun 1847 akan segera dating, dan krisis baru itu akan memancing perjuangan revolusiner di Eropa. Namun demikian, ramalan yang didasarkan pada studi ekonomi mereka ternyata tidak benar.

Marx dan Engels juga tak memiliki harapan lagi seperti sebelumnya bahwa akan terjadi revolusi proletariat di Perancis, yang akan mempercepat dan memudahkan transformasi revolusi borjuis Jerman bisa menjadi revolusi sosialis. Pernyataan prematur tersebut didasarkan pada penghitungasn kematangan kapitalisme di Eropa dan perkembangan kondisi material bagi transisi revolusioner ke sosialisme. Dalam pengantar dalam buku Marx tahun 1850, “Class Struggle in France”, Engels, pada tahun 1895, menulis : ”Sejarah telah membuktikan pada kita, bahwa ramlan kami salah; Sejarah telah memperjelasnya bahwa perkembangan ekonomi di negeri-negeri benua Eropa tersebut masih memerlukan jalan atau belum lah matang untuk menghapuskan produksi kapitalis.” (24)

Berangkat dari pendapat baru mereka tentang situasi obyektif, Marx dan Engels menyimpulkan bahwa tugas utama Liga Komunis untuk masa yang akan datang adalah mempersiapkan dan mengakumulasikan secara bertahap kader-kader proletariatnya, memberikan mereka dasar teori yang kuat, memperkuat hubungan mereka dengan organisasi kelas pekerja yang lain yang lebih besar, dan mengambil emua kesempatan untuk mempropagandakan sosialisme.

Mayoritas anggota Liga Komunis di London tidak setuju dengan persektif tersebut. Mereka menolak pendapat yang menyatakan bahwa untuk melancarkan revolusi komunis dibutuhkan persyaratan materialnya. Menurut mereka, revolusi di Jerman bisa diselesaikan hanya dengan usaha keras kader-kader militan revolusioner.

Perbedaaan pendapat tersebut muncul setelah Marx, dalam pidatonya di pertemuan luar biasa Komite Liga Komunis, 15 September, 1850, mengatakan: “Pandangan nasionalis Jerman telah digantikan dengan pandangan internasionalis seperti yang tertulis dalama Manifesto, dengan demikian, perasaan kebangsaan artisan jerman akan menghilang. Patokan awal materialis Manifesto telah menyimpang ke arah idealisme. Revolusi tidak dilihat sebagai produk realitas situasi yang ada tetapi sebagai hasil dari usaha yang dilakukan. Perbedaannya, yang materialis kan mengatakan kepada kelas pekerja: kalian membutuhkan 15, 20 atau 50 tahun untuk mengubah situasi dan melatih dirimu sendiri sebelum melancarkan perang saudara untuk mengambil kekuasaan; sedangkan yang idealis akan mengatakan pada kelas pekerja: kita harus segera mengambil kekuasaan, bila tidak, lebih baik tidur.” (25)

Pada pertemuan tersebut disetujui bahwa Liga distrik Cologne, tempat Marx dan Engels menetap, mendapat dukungan mayoritas untuk memimpin Komite Sentral. Namun demikian, faksi Willich dan Schapper dari distrik London menolak untuk mematuhi keputusan Komite Sentral Cologne. Ketika distrik London mengambil keputusan untuk membentuk Komite Sentral tandingan dan memecat Marx, Engels dan para pengikutnya dari Liga Komunis, Komite sentral Cologne memecat semua pendukung faksi Schapper dan Willich dari Liga Komunis. Kemudian faksi tersebut terpecah-pecah menjadi beberapa bagian yang terpisah.

Perpecahan di Liga Komunis dibarengi dengan masa gelombang reaksi di jerman, target polisi adalah para pengikut Marx dan Engels. Dalam laporan rahasia yang ditulis pada bulan April, 1852, Kepala Polisi Berlin menulis: ”Saat ini bisa dikatakan bahwa Partainya Marx dan Engels, yang terdiri dari para emigran, agitator dan Komite Sentral, tak bisa ditanyakan memiliki kekuatan dalam pengetahuan dan kemampuan. Namun, Marx sendiri dikenal luas memiliki kekuatan intelektual di ujung jarinya ketimbang yang dipunyai orang di kepala mereka.” (26)

Sisa anggota Liga Komunis di Jerman kemudian merusak Liga Komunis, organisasai tingkat benua. DI London keanggotaannya menyusut akibat perpecahan. Pada pertemuan Liga Komunis distrik London tanggal 17 November, 1852, sebuah mosi yang diajukan Marx disetujui: memisahkan organisasi local.

10

Manifesto Komunis, sebagaimana ditulis Marx dan Engels pada edisi kedua, yang diterbitkan pada tahun 1872, adalah sebuah dokumen historis yang harus dimenegerti latar belakang politiknya ketika Manifesto tersebut ditulis. Pada tahun 1872, Marx dan Engels mengatakan bahwa prinsip-prinsip umum Manifesto, sebagaimana mereka tulis tahun 1848, sudah benar secara keseluruhan. Prinsip-prinsipi umum tersebut diringkas dalam esai yang ditulis oleh seorang Marxisrevolusioner Rusia, Leon Trotsky, yang diterbitkan pertama kali tahun 1938.

Setelah 150 tahun Manifesto ditulis, terdapat perubahan besar di dunia, namun tak ada yang bertentangan dengan ide-ide dasar yang termuat dalam Manifesto. Bahkan, bilka dibandingkan dengan kapitalisme pada tahun 1848, kapitalisme sekarang ini jauh lebih dekat dengan abstraksi model kapitalisme seperti yang digambarkan pada bagian pertama Manifesto. Pada waktu itu, sisitim produksi kapitalis benar-benar dominan di Inggris. Di luar Inggris, proletariat modern, kelas pekerja yang dipekerjakan di industri-industri besar, hanya lah fraksi kecil dari seluruh populasi dunia. Sebagian besar pendusuk dunia adalah petani yang dihisap oleh pemilik tanah pra-kapitalis di bawah kekuasaan monarki.

Sekarang, para penerima upah, yang harus menjual tenaga kerjanya, mencapai 80% dari populasi aktif ekonomi Eropa, Amerika Utara, Jepang dan Australia. Pada skala dunia, pekerja kota dan desa adalah mayoritas penduduk dunia. Hanya beberapa ratus keluarga kapitalis super kaya saja yang mendominasi kehidupanekonomi negeri-negeri kapitalis meaju melalui perusahaan-perusahaan raksasa dan usha-usaha finansial yang mereka miliki dan, selain itu, mereka juga mengkonsentrasikan kesejahteraan mayoritas ekonomi kapitalis dunia. Produktivitas kerjasama social buruh telah sedemikian meningkat dan meluas dengan skala, yang ketika Marx dan Engels masih hidup di pertengahan abada ke-19, produkstivitas demikian masih sangat absur. Namuin produktivitas tersebut disubordinasikan pada ketamakan pribadi untuk memperkaya keluarga-keluarga tersebut.

Bencana Krisis ekonomi dan social, dengan kata lain, kontradiksi, telah melahirkan hasrat merubah ekonomi pasar yang anarkis dengan manajemen yang terencana, atau hasrat untuk mengelola sumber-sumber produktif pemuas kebutuhan manusia pada basis prioritas pilihan yang demokratis dan sadar. Selama kontradiksi tersebut terus ada, kelas pekerja akan berjuang melawan kapitalis, si penghisap, dan Manifesto Komunis, sebagai dokumen pertama yang memberikan penjelasan ilmiah terhadap krisis tersebut dan, secara garis besar, memberikan strategi garis massa untuk membawanya ke hasil akhir perjuangannya, akan memberikan inspirasi dan tuntunan bagi kelas pekerja di seluruh dunia.

Catatan Kaki:

(1) “The Communist Manifesto, and its Relevance Today”, Resistance Marxist Library, New South Wales, Australia, 1998.

(2) K. Marx dan F.Engels, “Selected Works” (Moscow 1970), Volume 3, hal. 116-117.

(3) “Ibid”, hal. 126.

(4) K. Marx dan F. Engels, “Collected Works” (Moscow 1981), Volume 5, hal. 53.

(5) “Ibid”. hal. 49.

(6) K. Marx dan F. Engels, “Selected Correspondence” (Moscow 1975), hal. 64.

(7) V.I. Lenin, “Selected Works” (Moscow 1975), Volume 2, hal. 261.

(8) V.I Lenin, “Collected Works” (Moscow 1977), Volume 4, hal. 221.

(9) K. Marx dan F. Engels, “Selected Works”, Volume 3, hal. 179.

(10) K. Marx dan F. Engels, “Selected Correspondence”, hal. 386.

(11) Dikutip dalam P.N. Fedoseyef, “Karl Marx: A Biography” (Moscow 1977), hal. 117.

(12) K.Marx dan F. Engels, “Collected Works”, Volume 38, hal. 92.

(13) Dikutip dalam D.Struik , “The Birth of Comunist Manifesto” (New York 1971), hal. 57.

(14) K. Marx dan F. Engels, “Collected Works”, Volume 6, hal. 533-538.

(15) “Ibid”, Volume 17, hal. 78.

(16) “Ibid”, Volume 6, hal. 586.

(17) “Ibid”, Volume 17, hal. 78-79.

(18) “Ibid”, Volume 6, hal.633.

(19) K. Marx dan F. Engels, “Selected Works”, Volume 1, hal. 98.

(20) K. Marx, “The Poverty of Phylosophy (Moscow 1973) ,hal. 150.

(21) “Ibid”, hal. 150.

(22) K. Marx dan F. Engels, “Selected Correpondence”, hal. 254-255.

(23) K. Marx , “op.cit”, hal. 109.

(24) K. Marx dan F. Engels, “Selected Works”, Volume , hal. 191-192.

(25) K. Marx dan F. Engels, “Collected Works”, Volume 10, hal. 626.

(26) Fedoseyef, “op.cit”, hal. 264.

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *