Mendesak: Persatuan Serikat Buruh

Oleh: Paulus Suryanta Ginting*

 

            May Day 2013 tidak bisa di nilai sekedar mobilisasi 1 hari semata, semacam seremoni atau perayaan. May Day 2013 harus dilihat sebagai pasang gelombang mobilisasi kaum buruh dalam kurun waktu 2 tahun lebih ini. Dalam mobilisasi nanti, akan ada banyak perubahan di sana-sini tapi banyak pula yang belum berubah, meski syarat-syarat perubahannya telah tersedia.

            Apa saja yang sudah dan belum berubah, antaralain:

            Pertama: Jumlah Mobilisasi tentu akan semakin meningkat dibandingkan May Day pada tahun-tahun sebelumnya. Geruduk pabrik yang dimulai dari Bekasi, di jalankan oleh (mayoritas) anggota-anggota serikat buruh tingkat pabrik, baik yang tergabung dalam FKI-SPSI, FSPMI, FPBI, GSPB dan lainnya, menginspirasi kota-kota lain. Bahkan teritori yang jauh. Geruduk pabrik berhasil mengembalikan kembali kepercayaan kaum buruh terhadap organisasi/serikat. Di masa orde baru, Serikat Pekerja bentukan pemerintah tak memiliki banyak pengaruh dalam mengadvokasi persoalah-persoalan keseharian mereka. Melalui kerja bersama geruduk pabrik yang dijalankan berhari-hari hingga larut malam, tak jarang  hingga dini hari, sembari membawa panji-panji serikat masing-masing solidaritas di jalankan. Solidaritas antar pabrik, antar bendera menjadi pelajaran penting dalam persatuan—embrio yang sudah nyata.

            Sebelum serangan balik oleh pengusaha kepada kaum buruh melalui preman. Jumlah keanggotaan masing-masing serikat buruh meningkat. Gabungan Solidaritas Pekerja Buruh (GSPB) misalnya, mendapatkan pertambahan belasan pabrik di kawasan Bekasi Kota dan Kabupaten. Hasil yang lebih besar di raup oleh PROGRESIP, FPBI, dan tentu yang terbesar oleh FSPMI yang bertambah lebih dari 100 PUK se-Indonesia.

            Geruduk Pabrik bukan satu-satunya faktor. Aksi pemblokiran tol yang dilakukan awal tahun 2012 hingga aksi mogok nasional serentak pada tanggal 3 Oktober berhasil meningkatkan mobilisasi kaum buruh se-Indonesia hingga sebesar kurang lebih hampir 1 Juta orang. Sebuah capaian bagus sekali. Meski aksi tersebut tidak terkonsentrasi pada satu sasaran yang sama. Tetapi pengertian keserentakan aksi secara nasional menunjukkan kaum buruh meningkat level taktik perjuangannya: perspektif dan metode nasional.

            Capaian dari gelombang perlawanan buruh tersebut memang diraup sebagian besar oleh Majelis Pekerja Buruh Indonesia. Tetapi konsolidasi serikat buruh lainnya yang tergabung dalam Sekber Buruh, KASBI, KSN, GSBI-FPR, SPN mendapatkan pertambahan jumlah keanggotaan. Inilah mengapa jumlah mobilisasi buruh secara nasional ataupun yang mensasar Bandara ataupun Istana akan semakin meningkat.

             Kedua, secara programatik ada kemajuan. Serikat-serikat buruh yang ada tak membatasi dirinya dalam tuntutan sektoral semata. MPBI misalnya, Persatuan 3 Konfederasi ini mengkampanyekan jaminan sosial—terlepas perbedaan posisi dan polemik yang menyertainya, juga isu-isu demokrasi seperti penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional. Inilah indikator bagaimana 3 konfederasi tersebut bergerak dalam isu-isu publik dan politik. KASBI, KSN, Sekber Buruh berbicara yang lebih maju—tapi hal ini lebih karena banyak pengaruh unsur atau organisasi kiri di dalamnya, baik itu delegitimasi terhadap rejim, sistem maupun posisi kritik terhadap pemilu 2014. Kemajuan programatik ini tak merata dimasing-masing serikat buruh. Ada banyak faktor internal, historis dan akses terhadap pengetahuan yang mempengaruhi kemajuannya. Meski tak merata, secara umum gerakan buruh tengah menapaki kemajuan programatik dan metodologi perjuangannya.

          Namun begitu, kemajuan-kemajuan diatas belum membuat kita melihat gerakan buruh pada satu barisan, satu tuntutan yang sama saat hari buruh 2013. Di May Day kali ini, kita masih akan melihat, masing-masing konsolidasi serikat buruh bergerak dengan mobil komando, panji-panji, dan yel-yelnya masing-masing. Belum ada penyatuan mobilisasi.

 

Jembatan

          Meski begitu, sesungguhnya embrio persatuan sudah ada. Di Bekasi misalnya, meski belum ada konsolidasi nasional gerakan buruh yang mempersatukan MPBI, KASBI, Sekber Buruh, KSN, dan lainnya, tapi sudah ada konsolidasi Komite Anti Kriminalisasi dan Anti Premanisme (KAKAP) dan KAUL (Koalisi untuk Upah Layak). 2 konsolidasi tersebut adalah konsolidasi per isu.

         Konsolidasi semacam ini lah yang harus diperluas, jika, gagasan persatuan yang lebih strategis belum menemukan muaranya. Tapi dalam pengertian terus mencari celah-celah bagi konsolidasi yang lebih maju. Misalnya, sudah mulai dipikirkan adanya konsolidasi menuju Kongres Nasional Gerakan Serikat Buruh. Hal ini sangat penting. . Untuk terus mendorong maju seluruh gerakan non serikat buruh kuning (serikat buruh pro pengusaha) masing-masing membutuhkan satu sama lain. Dan kalau suasana memang sudah memungkinkan dapat membuka diskusi tentang bagaimana bergerak ke level lebih politis

         FSPMI misalnya, yang dalam soal perspektif semakin politis. Mulai melihat kepentingan kaum buruh untuk terlibat dalam politik praksis melalui jalan ikut pemilu 2014 atau menjadi calon legislatif dari beberapa partai yang tak berseberangan dengan program minimumnya dengan tujuan untuk bisa mengamankan program-program minimum kaum buruh di parlemen. Taktik entrisme tersebut bisa benar, bisa pula salah. Bisa benar apabila ada syarat-syarat ideologis yang kuat dengan mengirimkan anggota serikat buruh ke partai-partai borjuis tersebut. Serta integrasi organisasi dan integritas yang kuat dan anggota yang dikirimkan.  Tapi tak jarang anggota serikat buruh yang dikirimkan hanyut ke dalam ideologi, politik dan budaya dalam partai borjuis tersebut. Atau bahkan jatuh di camp musuh—menjadi kaki tangan kapitalis. Itulah mengapa sangat dibutuhkan elemen dari serikat buruh maupun  non serikat buruh yang memiliki kapasitas ideologis dan politik yang kuat sehingga bisa memperkuat satu dan lainnya.

         Terlepas benar atau salah. Taktik titip di partai yang sudah tersedia itu semacam ini akan terus muncul. Apabila tak ada alternatif diluar itu. Harus ada alternatif misalnya dengan mulai menawarkan pembangunan Partai Buruh atau Konsolidasi Kaum Buruh menginisiasi pembangunan Partai Rakyat. Dan untuk membangun Partai Buruh atau Partai Rakyat yang di inisasi dan di pimpin oleh gerakan buruh, FSPMI atau secara umum MPBI membutuhkan serikat-serikat buruh radikal lainnya seperti KASBI, KSN bahkan Sekber Buruh. Justru bersama dengan kelompok radikal lah taktik, strategi, program, konsep dan gagasan semakin kaya dan berkembang. Selain itu, jangkauan struktur dan propaganda masing-masing bisa di konsentrasikan dan pengaruh politiknya akan semakin besar. Dengan taktik membangun alat politik alternatif maka akan mempermudah kerja mengawal, memenangkan tuntutan buruh di parlemen bahkan yang lebih jauh merubah negeri ini menjadi lebih baik. Namun syarat yang fundamental dari upaya mempersatukan gerakan buruh dan rakyat yang mewujud dalam partai buruh atau partai rakyat adalah memegang teguh prinsip-prinsip demokrasi.

         Tapi baiklah, sementara kita simpan dulu segala hal yang bisa di anggap sebagai grandioso (“muluk-muluk”). Kita melangkah dalam soal-soal ke-sektor-an buruh. Premanisme dan penangguhan upah misalnya. Masing-masing kelompok akan kesulitan apabila melawan sendiri-sendiri preman yang dibiayai pengusaha. Atau melawan intimidasi polisi dan tak jarang Koramil yang menakut-nakuti buruh. Pengalaman geruduk pabrik membuktikan bahwa kekuatan massa yang bersolidaritas dan bergiliran datang membuat ciut nyali preman dan pengusaha hingga akhirnya tuntutan dipenuhi.

        Atau penangguhan upah, contohnya, dimana masing-masing serikat buruh membutuhkan kekuatan kelompok yang lainya untuk mendobrak pintu Disnaker, pabrik, agar penetapan upah yang sudah diputuskan bisa dijalankan oleh pengusaha. Dan itu sekali lagi butuh persatuan.Jika komite isu bisa di bangun lalu semakin rasional pula lah kebutuhan pembangunan persatuan gerakan buruh dalam pengertian memperjuangkan program-program lainnya.

          Outsourcing misalnya. Untuk melawan sistem tenaga kerja fleksible yang sudah menjalar secara internasional ini yang dibutuhkan bukan sekedar memenangkan satu pabrik, satu kawasan, atau satu provinsi, tapi untuk menghapuskan sistem outsourcing butuh kekuatan yang besar merubah UU Ketenagakerjaan, artinya merubah kebijakan DPR, dan melawan World Bank yang tak setuju sistem outsourcing dihapuskan. Lebih jauh lagi melawan Imperialisme. Dan untuk memenangkan hal tersebut tak bisa dengan sekedar komite aksi/komite isu. Butuh persatuan buruh yang lebih luas, kuat dan lebih politis. Akan tetapi persatuan semacam ini membutuhkan kelegawaan atas kapasitas masing-masing. Ada organisasi yang lebih besar dibandingkan yang lain. Meski begitu, dalam kepentingan memenangkan tuntutan bersama, melawan musuh yang sama maka persatuan harus di ke depankan. Bukan sebaliknya.

         Namun pendiskusian terhadap tuntutan-tuntutan sektoral di atas tetap membawa kita pada kenyataan bahwa rejim tak akan mau bahkan tak akan mampu memenuhi semua tuntutan minimum kaum buruh. Karena sistem kapitalisme dan tatanan rejim yang bobrok ini membuat upah yang layak dan penghapusan outsourcing adalah kerugian besar bagi kapital dan kapitalisme. Terlebih sistem outsourcing adalah salah satu jalan bagi kapitalisme untuk memperbesar keuntungan bahkan memperpanjang barisan industrial reserve army (tentara cadangan industri)—salah satu taktik kapitalisme mengatasi krisis. Mau tak mau, dan harus gerakan buruh harus berbicara persatuan. Karena tuntutan minimum sekalipun untuk memenangkannya bermakna melawan kapitalisme, dan melawan kapitalisme untuk memenangkan kesejahteraan rakyat tak mungkin tanpa tidak dengan merebut kekuasaan. Dan hal ini berarti berbicara politik dan juga persatuan. Tak mungkin melawan musuh yang besar tanpa berjuang dengan persatuan, bukan? Justru dengan persatuan lah mobilisasi 127 tahun yang lalu menuntut 8 jam kerja berhasil di Eropa Barat dan Amerika.

         Pada akhirnya, gerakan buruh harus memiliki visi yang jauh ke depan, bahkan untuk memenangkan isu yang minimum sekalipun. Visi yang jauh ke depan ini lah yang harus di turunkan dari yang paling sederhana: membangun komite bersama, menyatukan barisan bersama, memberikan kebebasan propaganda bagi masing-masing, menemukan cara dan ruang kompromi, merumuskan platform bersama, tidak mempersoalkan besar-kecil massa dan sebagainya. Karena tanpa hal ini, visi ke depan untuk memenangkan demokrasi dan kesejahteraan buruh hanya akan berakhir dengan diperjuangkan oleh masing-masing. Dimana kemungkinan kemenangannya tentu jauh lebih kecil. Tanpa hal tersebut, akan sangat sulit pula bagi gerakan buruh menghasilkan Partai Buruh yang besar atau Partai Rakyat yang besar—tentu apabila gerakan buruh dapat mengkonsolidasikan kaum tani yang radikal namun terpecah-pecah, gerakan mahasiswa dan kaum miskin. Dan tanpa Partai sendiri, kaum buruh dan rakyat sulit untuk mengawal bahkan memenangkan kebijakan yang berpihak padanya. Dan kemudian, pola entrysm atau bahkan loncat camp akan lagi dan lagi dianggap pilihan yang paling memungkinkan (posibble).

Embrio gerakan buruh yang kuat, karena bersatu dan politis

         Dan tanpa persatuan buruh yang di mulai dari sekarang sangat sulit untuk menumbangkan Kapitalisme. Menumbangkan kapitalisme membutuhkan konsolidasi buruh yang besar—dan bersama kekuatan rakyat lainya, yang tidak hanya mengawal dan memenangkan perjuangan merubah kebijakan. Namun  hingga menggulingkan rezim, dan bahkan menggulingkan klas borjuasi atau memenangkan perjuangan menuntaskan revolusi dan  juga dapat melanjutkan revolusi ke arah Sosialisme dalam kepemimpinan program, strategi dan kekuatannya.

        Sekali lagi, visi tersebut hanya akan termanifestasi dengan memulai konsolidasi-konsolidasi gerakan buruh dari yang paling sederhana: komite isu, komite kasus, aksi bersama, hingga bermuara pada konsolidasi yang lebih besar. Dengan begitu embrio gerakan buruh yang kuat, lahir dari  persatuan dan perspektif yang politis adalah keniscayaan sejarah. Maka, selanjutnya, perubahan kebijakan, penggantian rejim, (bahkan) penumbangan kelas adalah keniscayaan sejarah yang semakin memiliki syarat materialnya. Selamat Hari Buruh Internasional!

 

*Juru Bicara Partai Pembebasan Rakyat

Image

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *