Pendudukan Bungenhuis adalah pendudukan gedung Bungenhuis, Universitas Amsterdam (UvA) oleh sekelompok mahasiswa dan staf pengajar yang menamakan dirinya Universitas Baru (untuk universitas yang demokratis) selama 11 hari, sejak tanggal 13-24 Februari, 2015.
Latar belakang
Awal November 2014, UvA mengumumkan rencana pemotongan anggaran dalam program (untuk) menghadapi masalah anggaran. Dalam usulan restrukturisai, yang disebut “Profiel 2016” (Profil 2016), Jurusan Humaniora secara khusus amat terpukul, sebab sumber daya yang ada difokuskan pada jurusan yang berorientasi pada karir. Di awal Februari, 2015, Het Parool melaporkan bahwa UvA akan menghilangkan beberapa program studi di Departemen Humaniora. Program yang akan dihapus terutama beberapa program bahasa. Pihak universitas juga mempertimbangkan untuk menyatukan semua program sarjana di Humaniora yang tersisa (seperti Filsafat, Sejarah, Sastra Belanda dan Sastra Inggris) ke dalam satu program sarjana “Liberal Arts (seni-seni kebebasan)”. Pihak Universitas, melalui Dean Frank van Vree, beralasan bahwa pemotongan diharuskan karena penurunan pendaftaran mahasiswa dalam beberapa tahun terakhir ini, menyerukan sebuah “reorganisasi ketat” di Departemen Humaniora.
Bereaksi terhadap perkembangan yang sedang berlangsung, terjadi lah gerakan protes mahasiswa, yang dimulai pada akhir 2014. Kelompok Rally Humaniora (aksi humaniora) dibentuk, yang beranggotakan mahasiswa dan dosen, dan memulai kampanye demonstrasi serta petisi untuk memprotes diberlakukannya perubahan-perubahan kebijakan universitas tersebut.
Pendudukan
Pada tanggal 4 Februari, 2015, Het Parool mempublikasi bocoran garis kebijakan universitas dalam Profiel 2016, rancangan yang diusulkan untuk melaksanakan program penghematan yang telah dibahas pada bulan-bulan sebelumnya. Program master, yang siswanya kurang dari 20 orang, akan dihapus, dan hanya tiga mahasiswa PhD yang akan diakui sampai pada batas waktu tertentu.
Bereaksi terhadap informasi tersebut, yang dianggap sebagai penolakan sepenuhnya terhadap tuntutan para pengunjuk rasa Rally Humaniona, puluhan mahasiswa dan anggota staf, yang menamakan dirinya nama Universitas Baru (dan yang tidak harus berafiliasi dengan Rally Humaniora), menduduki Bungenhuis, gedung Fakultas Humaniora di UvA, pada pagi hari tanggal 13 Februari, 2015.
Tuntutan kelompok ini meliputi:
- Pemilu yang demokratis untuk memilih dewan universitas.
- Perubahan model alokasi: pembiayaan berdasarkan input, bukan efisiensi.
- Pembatalan Profiel 2016.
- Referendum setiap lembaga dan program studi tentang kolaborasi antara UvA dan VU di FNWI (Fakultas Sains).
- Kontrak kerja yang tetap, bukan perjanjian kerja fleksibel.
- Perdebatan terbuka mengenai biaya perumahan dalam kaitannya dengan pemotongan anggaran penelitian dan pendidikan serta penghentian spekulasi usaha properti komersil (real estate)—termasuk menghentikan rencana penjualan gedung Bungenhuis.
Peserta pendudukan menyatakan bahwa niat mereka bukan untuk menggangu jalannya pendidikan tapi untuk mengirimkan tuntutan kepada Dewan Direksi Universitas (CvB/College van Bestuur). Untuk itu, mereka menyiapkan jadwal lokasi alternatif untuk seluruh kelas yang terganggu oleh aksi pendudukan. Sekelompok mahasiswa PhD tidak percaya bahwa tindakan tersebut telah dilakukan selayaknya. Mereka mendukung adanya keberadaan universitas yang demokratis dan otonom, mereka menyuarakan perlawanan terhadap aksi pendudukan (dalam petisinya), dengan alasan bahwa penelitian akan terhambat karenanya. Misalnya, akses ke laboratorium menjadi terbatas karena pendudukan tersebut. Para peserta pendudukan menyerukan dialog terbukan dengan CVB untuk membahas mengenai rencana Profiel 2016, tapi CVB menolak dan mendorong adanya tindakan hukum untuk membubarkan pengunjuk rasa. Didorong oleh klaim bahwa penelitian menjadi terganggu oleh pendudukan. CVN melayangkan gugatan denda sebesar € 100.000 per hari sampai para demonstran mengosongkan gedung. Tuntutan denda yang tinggi ini dipandang “tekanan-keras-menindas” oleh banyak dosen dan staf universitas. Sebaliknya, pengadilan memerintahkan para pengunjuk rasa membayar € 1.000 per hari sampai nilai maksimumnya sebesar € 25.000.
Pendudukan menerima dukungan signifikan dari dalam UvA, staf, anggota parlemen, figur publik seperti Freek de Jonge, dan serikat pekerja. Sebuah petisi untuk mendukung peserta pendudukan di situs Change.org telah mengumpulkan lebih dari 7.000 tanda tangan, dengan penandatangan termasuk Noam Chomsky, Jacques Rancière, Judith Butler, Axel Honneth, Simon Critchley, Jean-Luc Nancy, Saskia Sassen, James Tully dan Johan Galtung.
Pada 23 Februari, demonstran dan CvB, dimediasi oleh Walikota Amsterdam, Eberhard van der Laan, untuk duduk bersama guna bernegosiasi mengakhiri pendudukan. Pembicaraan terus berlanjut sepanjang hari berikutnya tapi, di penghujung hari tanggal 24 Februari, negosiasi gagal menghasilkan resolusi yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. CvB percaya bahwa usulan mereka, ‘Festival Sains’ (pesta ilmu-ilmu pengetahuan), yang membahas pemotongan anggaran bersama mahasiswa, staf, menteri pendidikan dan anggota parlemen, adalah konsesi yang cukup, sedangkan para peserta pendudukan keberatan bahwa hasil dari Festival sains tidak mengikat dan karenanya bukan konsesi yang cukup memadai.
Mengingat kegagalan negosiasi, polisi dikirim untuk menyingkirkan para demonstran, dan 46 orang, yang terdiri peserta pendudukan dan demonstran di luar gedung, ditangkap.
Hasilnya
Bahkan sebelum pendudukan, berbagai protes menyebabkan penolakan Universitas terhadap Profiel 2016, sebagaimana yang terjadi pada November 2014. Namun, anggota Universitas Baru merasa bahwa penyesuaian CvB tidak direvisi dengan selayaknya bila merujuk pada rancangan yang bocor pada awal Februari. Pada Februari, 2015, tidak ada pengumuman perubahan yang dilandaskan pada resolusi pendudukan. Sehari setelah penggusuran, De Volksrant melaporkan bahwa Universitas akan menjual Bungehuis ke perusahaan swasta yang berencana mengubahnya menjadi klub komunitas privat, lagi-lagi tidak sesuai dengan tuntutan Universitas Baru.
Pendudukan Maagdenhuis
Pada hari Rabu, 25 Februari, sehari setelah penggusuran polisi, berbagai organisasi mahasiswa dan serikat mengadakan demonstrasi untuk mendukung tuntutan Universitas Baru dan, menurut laporan NOS, lebih dari seribu demonstran hadir, terbesar yang pernah ada selama menentang rencana CvB tersebut. Pada akhir demonstrasi, sekelompok pengunjuk rasa memaksa membuka pintu Maagdenhuis, gedung administrasi utama UvA, dan mulai mendudukinya, sekali lagi mengangkat tuntutan Universitas Baru.
Keesokan harinya, Kamis 26 Februari, CvB menawarkan beberapa konsesi untuk mengakhiri pendudukan. Konsesi tersebut adalah sebagai berikut: akan mengalokasikan dana lebih besar yang disediakan untuk studi tambahan seperti “kampus seni-seni kebebasan” (liberal arts college), menunda rencana penghentian dana beasiswa studi bahasa selama dua tahun untuk membuktikan bahwa studi tersebut layak secara finansial, dan menambahkan anggota mahasiswa di Direksi Dewan Universitas (CvB). Massa pendudukan menolak konsesi tersebut, yang dinilai tidak cukup untuk mengatasi masalah yang mereka keluhkan, dan mereka meneruskan pendudukan Maagdenhuis. Keesokan harinya Universitas Baru mengumumkan rencana untuk memperluas gerakan mereka ke universitas lain di negeri Belanda. Pada 4 Maret, Universitas Baru menyerukan aksi nasional, yang akan melibatkan Universitas Baru di Leiden, Groningen, Utrecht, Nijmegen dan Rotterdam. Beberapa “HBO” organisasi mahasiswa kejuruan juga mengumumkan dukungan mereka terhadap Gerakan Universitas Baru, dan menyatakan kesediaan mereka terlibat-bekerja mewujudkan tujuan-tujuan memperluas demokratisasi dan transparansi pendudukan di komunitas mereka juga.
Di hari yang sama, sekelompok guru dan staf mengorganisir diri mereka dengan nama “RethinkUvA” untuk mendukung gerakan Universitas Baru. Mereka menuntut dengan ancaman akan mengambil tindakan pemogokan dan pendudukan gedung UvA jika CvB tidak menjawab tuntutan mereka, yang dengan kuat melampaui tuntutan yang diangkat Universitas Baru. Mereka termasuk menuntut ditinggalkannya Profiel 2016, diselenggarakannya pemilu demokratis untuk memilih anggota administrasi UvA—yang mampu mengambil tindakan mengikat, seperti CvB dan para dekan—dan meminta investigasi independen terhadap kondisi keuangan UvA. NOS, pada Kamis, 8 Maret, melaporkan bahwa federasi serikat pekerja FNV mendukung gerakan protes. Tuntutan Rethink UvA akan diambil-alih dan diserahkan ke berbagai dewan universitas. Jika mereka tidak memberikan jawaban yang memuaskan, maka tindakan seperti pemogokan mungkin akan terjadi, kata pimpinan FNV.
RethinkUvA awalnya menetapkan batas waktu tanggapan terhadap tuntutan mereka Jumat, 6 Maret dan, atas permintaan CvB, batas waktu diperpanjang hingga Senin, 9 Maret, jam 09.00. Ketika CvB gagal memenuhi batas waktu tersebut, dan meminta lebih banyak waktu lagi, RethinkUvA tidak lagi mempercayai CvB serta meminta pengurus CvB mundur dari jabatannya, pada Selasa, 9 Maret. Keesokan harinya, De Volksrant melaporkan bahwa CvB memberikan konsesi kepada mahasiwa dan staf yang terlibat atau mendukung pendudukan Maagdenhuis—Universitas Baru, RethinkUvA, dan Rally Humaniora. Ditetapkan 10 poin yang menunjukkan niat untuk melangkah menuju peningkatan demokratisasi dan transparansi di universitas. Majelis Umum gabungan dari berbagai kelompok protes diorganisir (dibentuk) di Maagdenhuis pada hari berikutnya untuk merumuskan respon terhadap konsesi CvB tersebut. Sementara itu, dilihat dari tanggapan yang berkembang, mereka menganggap konsesi tersebut tidak cukup, karena tidak jelas dan tidak adanya usulan konkret di dalamnya, sehingga pendudukan Maagdenhuis dan protes terus dilanjutkan, demikian De Volksrant melaporkan pada Rabu, 10 Maret.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Bungehuis_and_Maagdenhuis_Occupations
Diakses 26 April 2015, 02.25.