Apa yang Dapat Menjadi Dasar Penyatuan Kiri?

Oleh Allen Myers

Proses penyatuan antara Socialist Alternative (SA) dan Revolutionary Socialist Party (RSP) mendapat perhatian yang tidak sedikit dari gerakan kiri di Australia. Sejumlah aktivis di sekitar kedua organisasi telah bergabung atau sedang mempertimbangkan untuk bergabung menjadi bagian dari penyatuan organisasi revolusioner tersebut.

Sebaliknya, dalam diskusi terdaftar di internet yang disponsori oleh koran mingguan Green Left Weekly, banyak atau sebagian besar komentar dari anggota Socialist Alliance bernada meragukan atau meremehkan. Setelah keributan awal, anggota Socialist Alliance yang aktif dalam diskusi hampir bersamaan hilang ketertarikannya pada tema tersebut.

Rangkaian kejadian ini patut disayangkan, karena dapat menimbulkan kesan bahwa Socialist Alliance menyangsikan atau bahkan menentang persatuan antar organisasi sosialis. Kita sekarang tahu bahwa kesan semacam itu keliru, karena Peter Boyle, sekretaris nasional Socialist Alliance, telah menulis sebuah artikel di Green Left Weekly yang menyatakan bahwa “penyatuan kiri telah ada pada agenda”.

Boyle tidak menganggap penyatuan Socialist Alternative -RSP sebagai hal yang sangat penting, malahan menyebutnya sebagai semata “pengelompokan kembali yang kecil”, dan menyebutkannya setelah peristiwa yang lebih penting seperti “Socialist Alliance dan CPA (Communist Party of Australia) bekerja[sama] dalam program pemenangan kandidat mereka untuk pemilu Dewan Kota Sydney pada awal tahun ini dengan membentuk Komite Aksi untuk Perumahan”. Walaupun begitu, proses penyatuan Socialist Alternative-RSP memberi manfaat tambahan yang nyata jika ia mendorong pembahasan kembali dalam Socialist Alliance mengenai tujuan dan landasan dari persatuan kiri.

Kiri yang mana?

Artikel Peter Boyle yang berjudul “Politik apa untuk menyatukan gerakan kiri Australia?”, sesuai dengan judulnya, berbicara secara murni dan sederhana mengenai penyatuan “kiri”. Tetapi ketika menyebutkan beberapa organisasi yang ingin dimasukkan dalam penyatuan ini, artikel ini tidak pernah menyatakan dengan jelas “kiri” ini terdiri dari apa saja. Di antara organisasi yang dianggap kiri oleh siapapun, ada perbedaan tentang di mana “kiri” berakhir dan “tengah” dimulai. Apakah “kiri” yang seharusnya disatukan termasuk faksi kiri Australian Labor Party* (ALP)? Apakah mencakup semua, beberapa atau tak satupun dari Green Party? Tentunya hal ini penting karena akan menentukan batas-batas terhadap politik dari organisasi persatuan.

Sebagian besar dari artikel Boyle disajikan sebagai respon terhadap sebuah editorial di majalah Socialist Alternative yang mengomentari proses penyatuan Socialist Alternative-RSP dan akibat-akibatnya. Akan tetapi bagian dari editorial Socialist Alternative yang dikutip oleh Boyle bukanlah mengenai penyatuan “kiri” secara umum; melainkan tentang penyatuan “kiri sosialis revolusioner”. Namun Boyle di sepanjang artikelnya berbicara semata mengenai mempersatukan “kiri” secara umum, seolah-olah ia sedang mendiskusikan subyek yang sama dengan editorial Socialist Alternative.

Kenyataannya, Boyle secara khusus mengecualikan persatuan berbasis politik revolusioner: “… jika kita ingin membuat penyatuan gerakan kiri apapun saat ini, kita harus menemukan cara untuk dapat mengatasi argumentasi yang keliru dalam gerakan kiri tentang siapa yang benar-benar ‘revolusioner’ dan siapa yang tidak, dan mulai membahas, dengan cara yang konstruktif, bagaimana cara terbaik agar kiri yang bersatu dapat terlibat dalam perjuangan melawan penyakit kapitalisme”.

Kenyataannya, gerakan kiri di Australia tidak menemui banyak kesulitan untuk terlibat dalam perjuangan persatuan melawan penyakit kapitalisme. Ketika perjuangan tertentu hanya melibatkan satu atau dua dari organisasi kiri, ini biasanya terjadi karena bahkan kelompok kiri terbesar pun masih kecil dan memiliki terlalu sedikit kekuatan untuk terlibat dalam segala hal—bukan karena mereka menolak aksi penyatuan. Namun aksi kesatuan tidak membuat perbedaan antara politik revolusioner dan non-revolusioner menjadi “pendapat yang keliru”. Justru sebaliknya.

Lalu ada yang “liberal” atau “reformis”, yang menganggap perjuangan terhadap sebagian penyakit (masalah) tertentu sudah cukup: kalau kita mengalahkan cukup penyakit-penyakit kapitalis, maka kita akan tiba di dunia yang lebih baik, entah itu disebut “kapitalisme” ataupun “sosialisme”. Kecenderungan ketiga pada dasarnya mengambil posisi di sayap kiri kecenderungan yang kedua tadi, berbicara banyak tentang sosialisme, tetapi menghindari menjelaskan secara terang kepada yang mereka pengaruhi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai sosialisme, secara implisit atau eksplisit mendukung ide-ide sesat tentang pemenangan kekuasaan secara bertahap oleh kelas buruh di dalam negara kapitalis.

Untuk mengatakan bahwa perbedaan antara cara pandang Boyle dengan dua cara pandang yang disebutkan di paragraf atas adalah “argumentasi yang keliru”, sama saja mengatakan bahwa politik revolusioner tidak dibutuhkan; sama saja mengurung “kaum kiri” di dalam perspektif reformis.

Jalan apa menuju sosialisme?

Dalam konferensinya pada bulan Januari 2012, Socialist Alliance menyetujui sebuah rancangan dokumen programatik berjudul Menuju Australia yang Sosialis. Dokumen ini akan ditetapkan melalui pemungutan suara oleh Socialist Alliance pada konferensi berikutnya pada bulan Januari. Saat ini ada diskusi internal menyangkut beberapa perubahan yang diusulkan, dan satu usulan dari seorang pimpinan untuk mempertahankan status dokumen itu sebagai rancangan.

Secara bentuk, Menuju Australia yang Sosialis merupakan upaya untuk menjelaskan kebutuhan akan sosialisme dengan cara yang populer. Upaya semacam ini selalu berharga, meskipun ada yang mungkin berpendapat bahwa hal itu lebih baik dilakukan melalui serangkaian artikel di surat kabar atau majalah, karena fungsi pertama dari sebuah program adalah untuk menata pemahaman dasar para anggota organisasi. Meski begitu, apakah gagasan dalam Menuju Australia yang Sosialis berguna sebagai panduan bagi orang yang ingin menggantikan kapitalisme dengan sosialisme?

Sayangnya, tidak. Dokumen ini jelas-jelas cenderung menghindari atau salah memberikan jawaban atas persoalan bagaimana kapitalisme dapat ditumbangkan.

Sejak Lenin menerbitkan pamflet Negara dan Revolusi, yang menyelamatkan kesimpulan Marx dan Engels berdasarkan pengalaman Komune Paris, telah diterima oleh kaum Marxis bahwa kelas buruh tidak dapat begitu saja mengambil kendali atas negara kapitalis dan menggunakannya untuk menggantikan kaum kapitalis dan mulai membangun sebuah masyarakat sosialis. Negara kapitalis harus dihancurkan dan diganti oleh negara yang berbasiskan organisasi-organisasi rakyat pekerja.

Seperti yang Lenin tunjukkan, Marx dan Engels menganggap ini pelajaran begitu penting maka mereka memperkenalkannya sebagai “koreksi” untuk edisi Manifesto Komunis tahun 1872: “… Satu hal yang terutama telah dibuktikan oleh Komune, yaitu, bahwa ‘kelas buruh tidak dapat begitu saja merebut mesin negara yang sudah jadi, lalu menggunakannya untuk tujuannya sendiri’… ”

Pelajaran itu dibuktikan secara positif oleh Revolusi Rusia, yang menggantikan pemerintahan parlementer borjuis dengan negara yang berbasiskan soviet-soviet—organisasi kaum buruh, tani, dan prajurit. Pelajaran itu dibuktikan secara negatif oleh kaum sosialis yang mencoba menggunakan negara kapitalis dan akhirnya digulingkan oleh unsur-unsur negara tersebut (Guatemala tahun 1954, Chili tahun 1973, dan lain sebagainya).

Nasionalisasi

Namun Marx, Engels, Lenin dan pengalaman sejarah telah diabaikan oleh para penulis Menuju Australia yang Sosialis. Walaupun dokumen tersebut sering samar-samar, namun secara jelas dokumen itu memimpikan pengambilalihan modal oleh negara Australia saat ini. Pertama, tanpa menyarankan perubahan apapun dalam sifat negara, dokumen itu sama saja menyerukan perluasan kepemilikan negara:

“Ekonomi kita harus dimiliki dan dikendalikan secara sosial. Sektor-sektor kunci ekonomi harus dimiliki oleh publik (apakah federal, negara bagian atau kota). Privatisasi yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir harus dibalikkan dan sektor publik diperluas secara besar-besaran.”

Kepemilikan bagian-bagian ekonomi oleh negara kapitalis bukanlah sosialisme. Walaupun kapitalis di era kemunduran ekonomi seperti sekarang cenderung menyukai swastanisasi perusahaan-perusahaan negara, di masa lalu mereka hidup nyaman dengan banyak perusahaan besar milik negara dan dapat melakukan hal yang sama lagi. Apalagi nasionalisasi oleh parlemen negara kapitalis selalu dapat dibalikkan kembali oleh parlemen berikutnya. Akan tetapi dokumen Menuju Australia yang Sosialis beranggapan seolah-olah nasionalisasi oleh negara Australia saat ini adalah awal sosialisme. Kutipan di atas dilanjutkan dengan kutipan ini:

“Dengan pengungkit ekonomi di tangan rakyat, masyarakat bisa membuat rencana sadar yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia.”

Nasionalisasi oleh negara kapitalis tidak lantas menempatkan sebuah perusahaan ke “tangan rakyat”. Jika parlemen memutuskan untuk menasionalisasikan kembali Bank Commonwealth, dia akan melanjutkan melayani kepentingan kapitalis, bukan melayani kepentingan “rakyat”. Akan tetapi dokumen Menuju Australia yang Sosialis menggambarkan skenario di mana negara kapitalis Australia mengambilalih kepemilikan kaum kapitalis, dan rakyat kemudian menggunakan kekuasaan—yang seandainya mereka punya—atas ekonomi untuk menciptakan demokrasi sosialis. Ini adalah awal dari bagian dokumen itu yang berjudul “Demi demokrasi sejati, demi kekuasaan rakyat!”:

“Kita membutuhkan sistem demokrasi kerakyatan yang memberdayakan mayoritas rakyat Australia.”

“Langkah pertama adalah kepemilikan sosial atas ekonomi yang diandalkan kita semua…”

Ini membalikkan persoalannya. Tidak mungkin terjadi bahwa parlemen kapitalis mengundang-undangkan kepemilikan sosial, dan kemudian memungkinkan untuk menerapkan demokrasi kerakyatan. Tapi dokumen Menuju Australia yang Sosialis dengan bersemangat melanjutkan, meyakinkan bahwa “kekuasaan rakyat” akan terwujud melalui reformasi di parlemen Australia saat ini:

“Parlemen memerlukan perubahan mendasar. Anggota parlemen harus dibayar sesuai upah rata-rata buruh. Mereka seharusnya tunduk pada hak penarikan kembali melalui proses yang sederhana jika pemilihnya merasa tidak puas. Batas usia pemilih harus diturunkan sampai 16 tahun.”

Reformasi seperti ini akan membuat parlemen berkurang ketidakdemokratisannya. Itu adalah tidakan yang tampaknya dilaksanakan negara buruh untuk lembaga pemerintahannya. Namun jika diterapkan pada parlemen Australia—dan dokumen Menuju Australia yang Sosialis tidak menyebutkan pemerintahan dalam bentuk yang lain—tidak akan menjadi “kekuasaan rakyat” ataupun langkah serius ke arah itu.

Secara ringkas, skenario yang digariskan dalam rancangan program Socialist Alliance akan berjalan seperti ini: Pertama, parlemen (tampaknya dengan mayoritas anggota parlemen dari Socialist Alliance) membalikkan privatisasi terakhir ini dan memperluas sektor publik, membuat ekonomi “dimiliki dan dikendalikan secara sosial”. Dengan menggunakan “pengungkit ekonomi” (“panglima ekonomi”)** yang sekarang berada di tangan mereka, rakyat membuat ekonomi yang terencana. Setelah “langkah pertama” ini, fungsi parlemen direformasi, yang dengan demikian menjadi alat “kekuasaan rakyat” dan tampaknya dapat menerapkan perubahan apapun yang diperlukan; kita telah berada di jalan menuju utopia. Apa yang dilakukan militer, polisi dan birokrasi negara pada waktu ini tidak disebutkan.

Namun, para penulis dokumen Menuju Australia yang Sosialis tampaknya mempunyai beberapa keraguan tentang skenario ini: setelah menyajikan rencananya untuk transisi menuju sosialisme, mereka tiba-tiba mengajukan pertanyaan: “Bagaimana perubahan sosial mendasar akan terjadi?” Walau pengakuan bahwa mungkin mereka belum menjawab pertanyaan ini menggembirakan, jawabannya tidak begitu memuaskan:

“Tidak ada peta atau cetak biru, tapi pengalaman yang panjang menunjukkan bahwa kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kita berjuang untuk itu. Keterlibatan sebagian besar orang akan memastikan bahwa perubahan nyata bisa dicapai dan dipertahankan. ”

Dan hanya itu. Itulah hasil akhir dari pelajaran yang diambil oleh Menuju Australia yang Sosialis dari dua abad perjuangan kelas buruh. Jika Anda ingin sosialisme, Anda harus memperjuangkannya. Terlepas dari pengalihan isu peta atau cetak biru, apakah ada hal lain yang telah dipelajari gerakan buruh tentang bagaimana memperjuangkan perubahan sosial yang mendasar? Pertanyaan itu tidak terjawab–bahkan tidak juga diajukan–dalam Menuju Australia yang Sosialis. Sebaliknya, diasumsikan bahwa jalan menuju perubahan sosial yang mendasar dikerjakan melalui parlemen kapitalis, dan peran utama dari rakyat pekerja adalah membela legislasi parlemen “mereka”. Bagian dokumen itu tentang “Bagaimana kita akan sampai di sana?” menyimpulkan:

“Kalaupun kekuatan kerakyatan yang berkomitmen pada perubahan mendasar memenangkan pemilu, kita harus melakukan mobilisasi di jalan-jalan, tempat-tempat kerja, sekolah-sekolah, kampus-kampus dan permukiman untuk membela setiap langkah progresif yang dibuat terhadap pengusaha kaya.”

Mengulang sejarah terkini

Artikel Peter Boyle mengusulkan agar upaya menuju persatuan hari ini mengambil model yang dianggapnya sebagai prosedur dalam pembentukan awal Socialist Alliance. Saya tidak setuju dengannya tentang prosedur apa saja yang sebenarnya dilakukan waktu itu, tapi ini bukan tempat untuk mendebatkan sejarah itu. Yang penting di sini adalah prosedur yang akan Boyle terapkan untuk gerakan kiri hari ini:

“Pada khususnya politik Socialist Alliance dimulai dengan poin-poin kesepakatan awal mengenai platform (landasan) perjuangan terhadap serangan neoliberal kaum kapitalis di antara berbagai kelompok kecil sosialis revolusioner yang bekerja bersama membentuk Socialist Alliance pada tahun 2001. Ada kesepakatan untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan teoritis yang relatif kecil di antara beragam tendensi kiri, bekerja dengan apa yang kita sepakati dan kemudian, seiring waktu dan berdasarkan pengalaman kolektif baru dalam kesatuan tindakan, berusaha mengembangkan kesepakatan politik yang lebih besar.”

Memang benar bahwa pada awalnya para anggota Socialist Alliance adalah semua kelompok sosialis revolusioner: tidak satupun dari mereka meragukan kebutuhan untuk menggulingkan negara borjuis. Dalam konteks itu, sebagian besar perbedaan teoretis di antara mereka memang “relatif kecil”. Namun “kesepakatan politik yang lebih besar” yang disebut Boyle tidak berkembang.

Alasan utama untuk ini adalah karena Democratic Socialist Party (kemudian menjadi Democratic Socialist Perspective) pada waktu itu ingin membuat Socialist Alliance menjadi sesuatu yang bukan kolaborasi antar kaum revolusioner. DSP berusaha untuk mengubah Socialist Alliance menjadi partai “kiri luas”—yang menganjurkan sosialisme tanpa memiliki posisi partai tentang bagaimana itu dapat dicapai—dan atas dasar itu merangkul sebanyak mungkin “kaum independen”. Kelompok-kelompok lain dalam aliansi itu tidak mendukung konsesi untuk reformisme tersebut dan karenanya meninggalkan Socialist Alliance karena DSP berhasil memaksakan perspektifnya.

Satu dekade kemudian, Peter Boyle merekomendasikan agar gerakan kiri sedikit banyak mengulangi pengalaman itu, namun kali ini berawal dari pandangan non-revolusioner. Kontradiksi antara Marxisme dan rancangan program Socialist Alliance dapat dikesampingkan sebagai “pendapat keliru” sehingga persatuan kiri dapat melawan penyakit kapitalisme.

Dalam sejarah pengelompokan, fusi dan perpecahan gerakan kiri di seluruh dunia, pada umumnya kesatuan didasarkan pada kesepakatan program dan strategi, dengan pemahaman bahwa perbedaan pendapat tentang taktik dalam sebuah organisasi adalah normal dan biasanya bersifat sementara. Dalam rangka melestarikan perspektif reformis dalam rancangan program Socialist Alliance, Boyle menyerukan pembalikan prosedur yang lazim ini: kita harus mengabaikan perbedaaan-perbedaan programatik (“perbedaan teoritis yang kecil”) tetapi menuntut kesepakatan dalam hal taktik:

“… ada beberapa perbedaan dalam pendekatan terhadap persoalan lingkungan, hak-hak perempuan dan gerakan serikat buruh, dan tentang keterlibatan dalam pemilihan umum.”

“Ada juga perbedaan tentang apa orientasi taktik yang mesti diambil gerakan sosialis terhadap Green Party dan Labor Party. Tidak seperti perbedaan-perbedaan teoritis lama yang telah membagi-bagi kaum kiri, isu-isu di atas akan segera berdampak pada peran kaum kiri dalam perjuangan politik aktual saat ini. Ini adalah perbedaan yang perlu dibahas dan tidak dikesampingkan untuk diselesaikan nanti.”

Maka, dalam bentuk persatuan kirinya Peter Boyle, kita tidak dapat tahu dengan pasti atau bahkan optimistis tentang kemampuan negara kapitalis untuk membuat kebijakan menuju sosialisme, tetapi kita harus setuju pada pendekatan taktis terhadap ALP dan The Green, jika tidak maka tak perlu bersatu. Apakah ada petunjuk yang lebih jelas bahwa bagi Peter Boyle, “perjuangan politik aktual hari ini” berarti “intervensi dalam pemilu”, bukan “memenangkan klas pekerja demi sosialisme”?

Politik apa (yang diperlukan) untuk menyatukan kiri Australia? Yang jelas bukan yang membingungkan.

 

Catatan kaki:

      Australian Labor Party—Partai Buruh Australia, yang dalam konstitusinya sejak 1921 menyatakan diri sebagai partai sosialis demokratik yang bertujuan mensosialiskan industri, produksi, distribusi dan pertukaran, dalam kepentingan untuk menghapuskan penindasan dan berbagai bentuk anti-sosial di bidang-bidang tersebut. Namun pernyataan ini hanya di atas kertas, sejak 1940-an, ketika pemerintahan mereka gagal menasionalisasi bank-bank swasta. Partai ini berkuasa sejak pemilu 2007 hingga kini, dan mendefinisikan dirinya sebagai koalisi kaum reformis, radikal, progresif, sosial demokrat, dan sosialis demokratik yang disatukan oleh kritik terhadap kesenjangan sosial, komitmen untuk masyarakat yang lebih adil dan setara, dan pencapaian tujuan-tujuan tersebut dengan cara-cara yang demokratis.

** Terjemahan untuk “commanding heights” yang merujuk pada pidato Lenin, adalah segmen-segmen kunci kekuasaan ekonomi, yang dalam konteks Revolusi Rusia 1917 meliputi: Winter Palace (pusat pemerintahan), Pre-Parliament (pusat parlemen), kantor-kantor distrik, kementerian-kementerian, sekolah militer, kantor-kantor telekomunikasi (telepon, telegraf, pos), dan bank sentral. Dari buku Leon Trotsky, History of the Russian Revolution, bab 43 – 46.

Alih Bahasa: Tim Penerjemah Partai Pembebasan Rakyat

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *