Solidaritas Tanpa Batas, Modal Mogok Nasional Melawan Outsourching dan Upah Murah

Reportase oleh Vivi Widyawati

Sejumlah besar serikat buruh, baik di Jakarta, Bekasi, Tangerang dan di beberapa kota seperti Jogjakarta dan Jawa Timur, saat ini sedang mempersiapkan  pemogokan untuk melawan sistem outsourcing dan politik upah murah pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam sebuah konfrensi pers yang diselenggarakan pada tanggal  16 Agustus 2012, Majelis Pekerja Buruh Indonesia  (MPBI) menyatakan akan melakukan Mogok Nasional  di 14 Kabupaten dengan total 1 juta pemogok dengan tuntutan “Hapuskan Outsourcing, Tolak Upah Murah” pada pertengahan September 2012. Dalam konfrensi pers yang dimuat sejumlah media massa, Said Iqbal, pemimpin KSPI yang menjadi bagian dari MPBI, menyatakan: “pemogokan akan dilakukan jika pemerintah tidak memenuhi komponen KHL, minimal berjumlah 86 dari yang ditetapkan pemerintah sejumlah 60 komponan KHL seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga dan Transmigrasi No 13 tahun 2012”. Selain itu juga MPBI menuntut agar pemerintah segera membuat kebijakan agar ada moratorium ijin outsourcing mulai bulan September 2012 dan segera mencabut ijin outsourching yang tidak sesuai dengan undang-undang .

Sementara itu Sekretariat Bersama Buruh Jabotabek (sebuah aliansi yang terdiri dari beberapa serikat buruh, serikat mahasiswa, serikat perempuan dan organisasi sosial politik), menyambut positif rencana pemogokan yang diluncurkan oleh MPBI tersebut. Dalam Seruan Nasionalnya Sekber Buruh menyatakan dukungan dan ikut mempersiapkan mogok nasional ini. Sekber Buruh menyadari pentingnya membangun sebuah gerakan mogok nasional yang melibatkan seluruh elemen yang mampu menyentuh seluruh lapisan buruh, karena disanalah letak kekuatan sejati kaum buruh.

Radikalisasi Perlawanan Buruh Bekasi

Perlawanan kaum buruh terhadap sistem kontrak dan outsourching  dan juga politik upah murah memang sudah lama dilakukan. Tetapi yang menarik untuk dicermati adalah pertama, radikalisasi perlawanan buruh Bekasi dalam bentuk aksi massa dan grebek pabrik dalam 4 bulan belakangan ini tidak pernah berhenti dilakukan sehingga menuai keberhasilan-keberhasilan dalam setiap tuntutannya. Kedua, solidaritas antar pabrik, baik dari serikat buruh yang sama maupun berbeda, semakin konkret dilakukan.

Satu contoh, diantara banyak sekali contoh lainnya dari metode ini, adalah kasus PT FCC anggota KASBI–anggotanya cuma 28 orang, dari sekitar 200-an orang. Selama bertahun-tahun upahnya jauh di bawah UMK Kab. Bekasi (untuk tahun 2012, di saat upah minimum golongan  1 di Kab. Bekasi adalah 1,8 juta, mereka hanya di upah 700 ribu). Berkat pemogokan dan solidaritas, upah mereka akhirnya menjadi 1,8 juta—artinya ada kenaikan 1,1 juta/perbulan—dan anggota KASBI FCC semakin bertambah.

Menurut Budi Wardoyo, yang terlibat dalam gerakan buruh di Bekasi, radikalisasi buruh di Bekasi diinspirasi oleh, pertama, aksi menuntut yang dilakukan oleh buruh-buruh Freeport yang akhirnya berhasil memenangkan tuntutan mereka; kedua adalah keberhasilan Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) memenangkan tuntutan UU BPJS—terlepas pro dan kontra terhadap tuntutan tersebut; ketiga aksi menolak kenaikan BBM 2012. Keberhasilan-keberhasilan ini semakin meningkatkan kepercayaan diri serikat-serikat buruh di Bekasi, khususnya, dalam menggunakan metode aksi massa menuntut sampai menang.  Akan tetapi, tambah Wardoyo, aksi-aksi grebek pabrik itu sifatnya masihlah sangat spontan sehingga kedepan diperlukan semacam komite bersama yang berfungsi mengatur manajemen aksi grebek pabrik ini sehingga menjadi lebih punya daya politik yang maksimal.

Dalam sebuah catatan yang dibuat oleh Mika Darmawan, salah seorang anggota Presidium Sekber Buruh, tonggak kebangkitan gerakan buruh di Bekasi adalah aksi menutup kawasan pada tanggal 27 Januari 2012, yang melibatkan kurang lebih 300.000 buruh yang dimotori oleh Buruh Bekasi Bergerak, yang juga turut didukung oleh Sekretariat Bersama Buruh. Aksi mogok kawasan ini menurutnya adalah peristiwa yang luar biasa karena berhasil melumpukan kota Bekasi. Seluruh kawasan Industri (Jababeka 1 dan 2, Ejip, Hyundai, MM 2100, Delta Silicon, dan Lippo) tutup karena sebagian besar buruhnya terlibat dalam aksi menuntut agar upah Bekasi sesuai dengan rekomendasi Gubernur.

Radikalisasi-radikalisasi yang dilakukan bukan tidak menuai reaksi dari pemerintah, pengerahan aparat keamanan, bahkan tentara, sudah mulai terlihat dan setiap aksi-aksi mereka, juga preman untuk mengitimidasi kaum buruh yang sedang melawan.

Persiapan Sekber Buruh Menuju Mogok Nasional

Dalam sebuah rapat di sekretariat Serikat Buruh Transportasi Indonesia (SBTPI), di Jakarta Utara, tanggal 3 September 2012, Sekretariat Buruh Jakarta menghasilkan program-program kerja untuk mempersiapkan dan mensukseskan pemogokan ini. Jumisih, sekretaris Sekber Buruh Jakarta, meyakini bahwa radikalisasi yang sedang terjadi di Bekasi akan bisa juga menstimulus gerakan buruh di Jakarta. Jumisih mengatakan: “kami sedang menjalankan proses ini dengan mulai mengonsolidasikan serikat-serikat buruh di Jakarta untuk juga terlibat pemogokan, aktivitas akan dimulai dengan melakukan aksi selebaran di kawasan Pulo Gadung dan KBN Cakung pada hari Jumat, 7 September, dengan sebelumnya melakukan konfrensi pers di Bundaran HI pada jam 10.00. Kami juga mengagendakan sebuah rapat akbar pada tanggal 16 September sebagai sebuah ajang konsolidasi gerakan untuk sebagai upaya pemanasan untuk gerakan buruh di Jakarta.”

Sementara itu Sekber Buruh Bekasi juga melakukah hal serupa, dalam konsolidasi pada tanggal 4 September menghasilkan agenda-agenda mesensukseskan pemogokan. Pertama, dengan melakukan aksi selebaran pada tanggal 7 September dengan sasaran pabrik-pabrik anggota Sekber Buruh, kedua, akan menyelenggarakan Rapat Akbar pada tanggal 16 September, dan ketiga akan menyelenggarakan pertemuan perluasan pada tanggal 20 September.

Apa yang sedang diupayakan oleh Sekber Buruh, MPBI, atau juga serikat-serikat buruh lain, yang sedang melakukan perlawanan terhadap sistem outsourching dan upah murah, harus mendapat dukungan dari semua pihak, sehingga menjadi kekuatan politik yang revolusioner.*

Share

0 thoughts on “Solidaritas Tanpa Batas, Modal Mogok Nasional Melawan Outsourching dan Upah Murah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *