Sejarah Gerakan Pembebasan Homoseksual*

“Pengalaman Berjuang untuk Pembebasan”

Vivi Widyawati[1]

 

Hanya orang-orang berani yang memenangkan dunia” (Kartini)

Pengantar

Saat ini di beberapa negara seperti Belgia, Denmark, Kanada, Belanda, Norwegia, Portugal, Denmark, Spanyol, Afrika Selatan, dan Swedia, sudah mengakui perkawinan sesama jenis. Argentina adalah negara pertama di Amerika Latin yang memberi pengakuan terhadap hak-hak kaum homoseksual termasuk perkawinan, adoposi anak, dan hak waris, dalam undang-undang sejak Juli 2010. Demikian pula di Meksiko, walaupun baru sebatas di Mexico City pada bulan Maret 2010. Bahkan Belanda dan Perancis, yang mengajukan resolusi tentang Hak Kaum Homoseksual pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, dan menyerukan agar diseluruh dunia mencabut semua undang-undang yang anti terhadap homoseksual, mendapat dukungan dari 66 negara. Saat ini, masih terdapat 80 negara—termasuk Indonesia—dengan undang-undang yang mendiskriminasi kaum homoseksual, tujuh diantaranya masih memberikan hukuman mati terhadap mereka.

Dukungan dari 66 negara tersebut merupakan sumbangan besar bagi demokrasi dunia. Walaupun masih jauh dari kemenangan, karena problem-problem lain yang dihadapi kaum homoseksual juga semakin besar seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya, akan tetapi capaian ini patut dipelajari, khususnya menyangkut proses perjuangannya, oleh para pejuang pembebasan di negeri-negeri yang masih ‘memerangi’kaum homoseksual.

Artikel ini akan mencoba mengupas dengan ringkas pengalaman berjuang kaum homoseksual di tingkat internasional, memengamati strategi dan taktiknya, serta isu-isunya, sehingga kita semakin kaya dengan taktik-taktik berjuang untuk memenangkan hak demi pembebasan manusia sepenuhnya.

Latar Belakang Munculnya Gerakan Pembebasan Homoseksual

Kaum homoseksual mengalami penindasan yang luar biasa dalam waktu yang lama, dan hingga saat ini. Jika kita menengok kebelakang dan menghitung berapa banyak manusia dihukum dan atau dibunuh hanya karena tindakan seksualitas yang dianggap ‘menyimpang’ ataupun orientasi dan identitas seksualnya, maka kita akan mendapatkan satu fakta kejahatan dunia terhadap kaum homoseksual.

Tindakan seksual sesama jenis, terutama sodomi, dianggap sebagai kejahatan, sehingga dibeberapa negara (mayoritas) memberlakukan hukuman yang sangat berat apabila ada warga negara yang diketahui melakukan hubungan dengan cara sodomi (antara laki-laki dan laki-laki). Contoh kasus seorang penulis terkenal yang berasal dari Irlandia Oscar Wilde dihukum dua tahun bekerja keras karena melakukan sodomi pada tahun 1895. Di Jerman, ketika Nazi berkuasa antara tahun 1933-1945, 100.000 laki-laki ditangkap karena homoseksual dan 50.000 dijebloskan ke penjara.

Adalah undang-undang sodomi[2] yang melegalkan praktek-praktek penindasan kaum homoseksual. Padahal seksualitas dalam homoseksual tidak serta merta berwujud sodomi, karena sodomi sendiri dapat dilakukan dalam hubungan heteroseksual. Malah dalam sejarahnya, sodomi dikategorikan sebagai tindakan seksual apapun yang non heteroseksual dan posisi misionaris—termasuk melakukan hubungan seksual dengan pelacur. Undang-undang sodomi ini hampir ada disetiap negara[3], walapun bunyi pasalnya berbeda-beda tetapi mempunyai makna menentang hubungan sodomi sesama jenis.

Undang-undang semacam ini yang menyebabkan penindasan berkelanjutan terhadap kaum homoseksual. Di Inggris, Raja Henry VIII memperkenalkan sebuah undang-undang yang melawan hubungan sesama jenis yang dikenal dengan nama Buggery Act[4] tahun 1533. Bagi mereka yang ketahuan melakukan hubungan seks ini akan mendapatkan hukuman gantung.  Menyusul kemudian di Amerika mengeluarkan undang-undang sodomi pada pertengahan 1900-an.

Bangkitnya Gerakan Pembebasan Homoseksual

Menurut saya kemunculan gerakan pembebasan homoseksual tidak lepas dari Gelombang I dan II Feminisma. Gelombang I Feminisme yang terjadi pada paruh 1800an-1920an telah membuka jalan bagi perjuangan hak-hak kaum perempuan, bukan hanya hak ekonomi tetapi juga hak-hak politik dan hak-hak yang terkait dengan seksualitas perempuan.

Kalau dalam Gelombang I Feminisme tuntutan kaum feminis masih berpusat pembebasan budak maka dalam Gelombang II Feminisme (1960an-1970an) menjadi bagian dalam gerakan hak-hak sipil, gerakan anti perang dan gerakan pembebasan homoseksual.

Awal Kemuculannya

Jerman merupakan negara yang paling progresif dalam memperjuangkan hak-hak kaum lesbian, gay, biseksual, dan transeksual. Homoseksual pertama kali muncul sebagai gerakan pada tahun 1897 ditandai dengan berdirinya sebuah organisasi yang memperjuangkan hak-hak kaum homoseksual yang bernama Wissenschsftlich-Humanitares Komitee disingkat WhK (Scientific-Humanitarian Committee) di Jerman, diinisiasi oleh Magnus Hirschfeld, seorang dokter, psikiater, dan seksolog; Max Spohr, seorang editor; dan Eduard Oberg, seorang pengacara.

Dideklarasikan sebagai sebuah organisasi yang independen, WhK mempunyai beberapa tuntutan yaitu: menuntut penghapusan pasal 175[5], menginformasikan kepada publik tentang homoseksualitas, dan melibatkan kaum homoseksual dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

Pada tahun 1897, Hirschfeld mengeluarkan sebuah petisi yang mendukung penghapusan pasal 175. Petisi ini dengan cepat mendapatkan dukungan dari 600 orang termasuk  Albert EinsteinHermann HesseKäthe KollwitzThomas MannHeinrich MannRainer Maria Rilke, August BebelMax BrodKarl KautskyStefan ZweigGerhart HauptmannMartin BuberRichard von Krafft-Ebing and Eduard Bernstein, termasuk dari luar negeri seperti Emile Zola dan Leo Tolstoy ikut menandatangani. Hingga tahun 1914 petisi ini mendapat dukungan dari 3000 dokter, 750 profesor dari universitas dan 1000 orang lainnya.

Komite ini terus bekerja meningkatkan kampanyenya secara legal, mengirimkan surat-surat kepada pendeta-pendeta gereja Katolik, anggota-anggota Reischtag, pegawai-pegawai administrasi, para jendral dan hakim. Dan pada tahun 1905, isu ini naik ke permukaan publik. Kaum Liberal dan Konservatif menentang tuntutan ini dengan alasan moral dan daya tahan masyarakat Jerman serta  undang-undang bersifat tetap tidak (boleh) berubah.

Metode lain yang digunakan oleh HwK untuk meningkatkan kampanye dan mempengaruhi kesadaran masyarakat adalah dengan media cetak seperti buletin dan pamflet. Pada tahun 1901, terbit sebuah pamlfet yang berjudul Was Soll Das Volk Vom Dritten Geschlecht Wissen?[6]  yang terbit hingga 19 edisi dan dicetak sebanyak 50.000 eksemplar. Buletin ini berisi segala macam informasi tentang homoseksual.

WhK juga menerbitkan koran–koran homoseksual pertama di dunia—yang terbit secara regular antara tahun 1899-1923 namun terhenti penerbitannya karena krisis ekonomi dan inflasi. Koran ini berfokus pada studi ilmiah tentang homoseksual. Nama koran ini Jarhbuch Für Sexual Zwischenstufen.

Perjuangan melawan pasal 175 terus berjalan, awalnya menggunakan metode lobi kepada anggota parlemen, tetapi cara ini dinilai tidak memberikan dampak bagi perjuangan melawan pasal 175, karena draft yang barupun tetap mengutuk homoseksual. Dianggap tidak efektif,  HwK kemudian bergabung dengan gerakan homoseksual lainnya di Jerman dan mulai melakukan aksi-aksi. Kemudian mencoba membangun persatuan dengan berbagai gerakan homoseksual di Jerman untuk meningkatkan tekanan.

Petisi ini terus diajukan kepada parlemen dalam setiap pemilu di tahun 1898, 1922, dan 1925, tetapi selalu gagal mendapatkan dukungan, dan bahkan terus berlanjut mengkriminaliasi kaum homoseksual, sampai kemudian benar-benar dihapuskan pada tahun 1994.

Komite ini runtuh pada tahun 1933 ketika Nazi menghacurkan  Institut für Sexualwissenschaft di Berlin, yang juga markas HwK. Dalam sejarahnya, gerakan homoseksual di Jerman telah memberikan pengaruh pada gerakan-gerakan homoseksual di dunia.

Liga Dunia untuk Reformasi Seksual

Pada tahun 1921 Magnus Hirschfeld mengorganisir sebuah kongres dunia untuk reformasi seksual yang kemudian diberi nama Liga Dunia untuk Refomasi Seksual. Kongres ini dihadiri oleh para ilmuwan, dokter, dan intelektual untuk mendiksuikan ide-ide baru. Liga ini dijalankan oleh sebuah eksekutif sentral komite yang terdiri dari seorang presiden dan lima anggota. Komite Internasional terdiri dari deputi-deputi perwakilan dari masing-masing negara, dimana tiap-tiap negara diwakili maksimum tiga orang.

Kongres ke dua Liga diselenggarakan di Kopenhagen pada tahun 1928, yang menghasilkan resolusi:

Kongres Internasional untuk Reformasi Seksual adalah landasan ilmiah bagi badan-badan legislatif, pers, dan rakyat, di seluruh negara untuk membantu menciptakan sebuah masyarakat dan sikap hukum yang baru (berdasarkan ilmu pengetahuan yang berbasiskan penelitian ilmiah dalam biologi seksual, psikologi, dan sosiologi) terhadap kehidupan seksual laki-laki dan perempuan. Saat ini, kebahagiaan sejumlah laki-laki dan perempuan adalah berkorban untuk kepalsuan standar seksual, ketidaktahuan, serta intoleransi. Karena itu banyak problem seksual mendesak, seperti tempat bagi perempuan, perkawinan, perceraian, kontrasepsi, eugenetika, ibu yang tidak menikah dan anak yang tidak diakui, prostitusi, anomali seksual, pembunuhan seks, pendidikan seks… harus ditinjau kembali dan ditangani secara ilmu pengetahuan”.

Liga secara khusus menyerukan:

  1. Kesetaraan politik, ekonomi, dan seksual antara laki-laki dan perempuan;
  2. Membebaskan perkawinan (khususnya perceraian) dari kungkungan tirani gereja dan negara;
  3. Melindungi ibu yang tidak menikah dan anaknya;
  4. Perbaikan umat manusia melalui ilmu pengetahuan eugenika;
  5. Bersikap rasional terhadap perilaku seks yang dianggap tidak normal, khususnya kepada kaum homoseksual, baik perempuan maupun laki-laki;
  6. Melakukan pencegahan terhadap prostitusi dan penyakit kelamin.

Kemudian secara berturut-turut diselenggarakan Kongers III dan IV dengan keanggotaan yang semakin meningkat

Era 1960-an dan 1970-an, Era Kemunculan Gerakan Pembebasan Homoseksual Dunia 

a.    Kanada

Di Kanada gerakan homoseksual muncul pada tahun 1970-an dan mendapat dukungan  pemerintah, media, dan masyarakat. Situasi homopobia yang sistemik dan merajalela mendorong kaum gay melawan dengan lebih berani. Taktik yang mereka anggap efektif untuk memperjuangkan hak-hak LGBT dan melawan homopobia adalah dengan perjuangan terbuka, konfrontasi, dan pendidikan reguler. Dengan taktik ini gerakan homophobia muncul di jalan-jalan dengan membawa slogan-slogan seperti: ”keluar dari kloset dan turun ke jalan”, “homoseksual itu baik”,  dan “lebih baik terang-terangan daripada diam-diam”.

Sepanjang tahun 1970-an, aksi-aksi menuntut persamaan hak terus dilancarkan, mendorong muncul lebih banyak organisasi gay dan lesbian, dan juga mendorong acara-acara parade gay di seluruh Kanada. Sepanjang tahun ini pula polisi dengan gencar melakukan serangan di bar tempat kaum homoseksual sering berkumpul, melakukan penangkapan dengan alasan prostitusi dan obat-obat terlarang.

b.    Argentina

Kemunculan gerakan gay dan lesbian di Argentina terjadi pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an, ditandai dengan berdirinya The Grupo Nuestro Mondu,[8] sebuah organisasi homoseksual pertama di Argentina dan Amerika Latin. Organisasi ini didirikan pada November 1969 dibawah pemerintahan diktaktor militer.

Pada tahun 1971 bersama dengan kelompok lainnya membentuk semua organisasi persatuan yang radikal yaitu Frente de Liberación Homoseksual (FLH)[9] yang kemudian melibatkan 10 organisasi, termasuk mahasiswa kiri, kaum anarkis, aktivis gereja, dan masih banyak anggotanya laki-laki. FLH masih merupakan organisasi di bawah tanah yang beraliansi dengan  organisasi-organisasi buruh dan perempuan, baik secara nasional maupun internasional, dan melakukan aksi-aksi bersama. Organisasi ini tidak pernah muncul secara legal, baik di masa pemerintahan Juan Dominggo Peron, maupun Evita Peron. Pada pemerintahan Evita, gerakan malah mengalami kemunduran, dari ribuan menjadi lusinan saja, seiring menguatnya anggota parlemen dari sayap kanan.

Represi luar biasa dialami oleh kaum homoseksual setelah kudeta tentara pada bulan Maret 1976, beberapa anggota FLH disiksa dan dibunuh, beberapa lagi pergi ke pembuangan, hingga akhirnya FLH bubar.

Di tahun 1982 mulai muncul organisasi-organisasi baru, ditengah rezim yang sangat brutal  melakukan pembunuhan terhadap kaum homoseksual. Tercatat 400 lesbian dan gay laki-laki hilang dalam waktu hampir 2 tahun.

Seiring runtuhnya rejim militer, memasuki era reformasi tahun 1983, negara menyaksikan kebangkitan kaum homoseksual dan lesbian dengan cepat. Tetapi masih jauh untuk mengakhiri represifitas terhadap kaum homoseksual karena polisi masih terus melakukan penangkapan-penangkapan. Hingga bulan April 1984, kurang lebih 150 aktivis melakukan pertemuan dan mendirikan sebuah organisasi yang bernama Comunidad Homoseksual Argentina[10] (CHA), dimana 14 anggotanya mempersiapkan diri untuk membuka identitas seksual mereka. Setelah melakukan perjuangan yang cukup panjang, CHA akhirnya mendapakan status legal dan membawa tuntutan homoseksualitas ke hadapan masyarakat.

CHA merupakan organisasi yang mempunyai peran besar dalam memperjungkan hak-hak kaum LGBT di Argentina. Di dalam CHA sendiri banyak terjadi perdebatan, baik personal maupun ideologis, yang tidak terselesaikan, sehingga banyak aktivisnya keluar dan mendirikan organisasi-organisasi baru.

c.    New York City

Kemunculan gerakan pembebasan homoseksual di New York City ditandai dengan berdirinya sebuah organisasi yang bernama Gay Liberation Front. Bermula dari penyerbuan dan penangkapan yang dilakukan oleh aparat kepolisian untuk membubarkan sebuah bar tempat berkumpulnya kaum homoseksual di Stonewall Inn pada 27 Juni 1969.

Represi ini telah mendorong terjadinya radikalisasi dan perlawanan kaum homoseksual. Mereka melakukan aksi lima hari berturut-turut untuk menentang perlakuan polisi. Pada tanggal 4 Juli di tahun yang sama, mereka berkumpul dan mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan untuk memperjuangkan kebebasan seksual bagi umat manusia. Aktivitas mereka adalah melakukan kampanye terbuka tentang hak-hak kaum homoseksual dan mengorganisir aksi-aksi massa untuk menuntut penghentian penyiksaan terhadap kaum homoseksual.

d.    Chile

Aksi massa pertama dilakukan oleh kaum homoseksual di Chile pada tahun 1972—di masa pemerintahan sosialis Allende—yang melibatkan beberapa kelompok/organisasi gay dan lesbian dengan tuntutan “hak untuk seks ketiga”. Aksi yang diorganisir secara individual tersebut belum mendapat dukungan dari masyarakat dan organisasi. Aksi tersebut kemudian dibubarkan oleh polisi dan mengancam akan menangkap jika mereka tidak membubarkan diri.

Meskipun dalam semangat yang revolusioner, tidak mudah membangun sebuah gerakan homoseksual di Chile pada masa itu. Penyebab utamanya adalah masih kuatnya homophobia dalam masyarakat. Pada tahun 1973 saat kudeta militer, sejarah pahit penyiksaan, pembunuhan, penculikan, dimulai di Chile.

Tahun 1980-an, justru pada masa-masa sulit, muncul sebuah organisasi lesbian pertama di Chile, dan sepanjang tahun 1980-an sedikit demi sedikit organisasi LGBT mulai bermunculan. Lahirlah organisasi seperti Chilean Corporation for the Prevention of AIDS, dimana didalamnya banyak bergabung aktivis homoseksual. Lalu kemudian terbentuk Unified Movement of Sexual Minorities yang bertujuan untuk mewadahi kaum lesbian, gay, transeksual. Di tahun 1991 lahirlah Homosexual Liberation Movement, sebuah organisasi yang progresif memperjuangkan agar undang-undang anti sodomi dihapuskan.

Akhirnya, di tahun 1999, aktivitas homoseksual diakui legal oleh pemerintah.

Pelajaran Berharga

Perjuangan panjang untuk mendapatkan pengakuan dan hak selama bertahun-bertahun di berbagai negara di dunia adalah buah perjuangan yang berani dan kaya dengan taktik.

Paling tidak, ada tiga pelajaran yang bisa kita ambil manfaatnya, yaitu:

  1. Perjuangan yang terbuka/dapat dilihat. Keberanian untuk muncul di tengah situasi homopobia yang masih kuat dalam masyarakat dan pemerintah, baik itu di Jerman, Kanada, Argentina dan Chile merupakan satu taktik yang patut didiskusikan. Perjuangan terbuka (berbicara secara luas/kampanye/propaganda) dalam contoh-contoh di atas, dapat mempercepat penyebaran pengaruh dalam memperjuangkan hak-hak LGBT kepada masyarakat, sehingga mendapatkan dukungan. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari aksi massa, terbitan, dan melaksanakan konferensi-konferensi.
  1. Menggunakan metode aksi/demonstrasi/mobilisasi dalam memperjuangkan hak. Metode ini secara keseluruhan adalah metode utama dalam perjuangan melawan penindasan, termasuk penindasan seksualitas. Dengan metode ini, dalam contoh-contoh di atas, terbukti berhasil memberikan tekanan demi memenangkan tuntutan. Berbagai pengalaman berjuang dengan metode mobilisasi bahkan berhasil memenangkan tuntutan sampai pergantian pemerintahan.
  1. Membangun organisasi sebagai alat perjuangan. Organisasi sebagai alat untuk mengumpulkan orang-orang yang seide dan mau berjuang bersama. Organisasi yang dibangun sebaik-baiknya adalah organisasi yang independen, yang mengedepankan kepentingan rakyat dan kaum tertindas—dalam hal ini kaum yang tertindas secara seksual—dan konsisten dalam berjuang.

Kompilasi Hak-Hak LGBT di beberapa Negara

Berikut tabel yang berisikan beberapa negara yang sudah dan belum mengakui hak-hak kaum LGBT.

Nama Negara Aktifitas Seksual Sesama Jenis Pengakuan Hubungan Sesama Jenis Pernikahan Sesama Jenis Adopsi Diijinkan untuk masuk Militer UU Anti Diskriminasi dalam hal Identitas Seksual
Algeria Ilegal (hukuman 2 tahun penjara) X X X
Mesir Ilegal X X X X
Sudan Ilegal (hukuman 5 tahun penjara, bisa sampai hukuman mati X X X X X
Ghana Ilegal bagi laki-laki

Legal bagi perempuan

X X X X
Mexico Legal sejak tahun 1872 Tahun 2007 Legal di Meksiko City sejak tahun 2010 Hanya untuk Meksiko City X Seorang transjender bisa merubah jender dan nama mereka secara legal sejak tahun 2008 di Meksiko City.
Amerika Legal secara nasional sejak tahun 2003 Tidak sama disetiap negara bagian, tetapi belum diakui oleh pemerintahan federal Tidak sama disetiap negara bagian, tetapi belum diakui oleh pemerintahan federal Homoseksual yang singel boleh X Tidak dilindungi oleh federal.
Brasil Legal sejak tahun 1830 X X Boleh Iya. ?
Kolombia Legal sejak 1981 Legal sejak 2007 X X Diijinkan sejak tahun 1999, bahkan di tahun dalam sistem keamanan sosial boleh gunakan oleh pasangan homoseksual Sejak tahun 1993 identitas jender bisa dengan mudah dirubah dalam kartu identitas.
Saudi Arabia Ilegal dengan hukuman mati atau penjara. X X X X X
India Legal sejak tahun 2009 X X X X Orang transjender diijinkan untuk mengetik O (other) di passport atau lainnya.
China Legal sejak tahun 1997 X X X Iya. Transjender diijinkan un tuk mengganti jendernya dengan legal, tetapi hanya yang melakukan operasi
Indonesia Ilegal X X X X X
Philippine Legal X X X X X
Iceland Legal sejak tahun 1940 Legal sejak 1996 Legal sejak 2010 Legal sejak 2006 Perubahan seks legal dan bisa merubah semua dokumen.
Norwegia Legal sejak 1972 Legal sejak tahun 1993 Legal sejak 2009 Legal sejak 2009 Iya. Perubahan seks legal dan bisa merubah semua dokumen.
Belgia Legal sejak 1795 Legal sejak tahun 2000 Legal sejak 2003 Legal sejak 2006 Iya.
Afrika Selatan Legal sejak 1994 Legal sejak 1996 Legal sejak tahun 2006 Legal 2002 Iya Perubahan jenis kelamin dilindungi.
Kanada Legal sejak tahun 1969 Legal Legal sejak 2003, dan berlaku nasional sejak 2005 Legal Iya Perubahan jender/sex diakui secara legal.
Argentina Legal sejak tahun 1887 Legal Legal sejak 2010 Legal sejak 2010 Legal sejak 2009 Sedang menunggu pembahasan di senat.

***

Sumber bacaan:

  1. The History of Homosexual in Europe: German, London and Paris 1919-1939 by Florence Tamagne
  2. Democracy and Sexual Difference, The Lesbian and Gay Movement in Argentina oleh Steven Brown
  3. The History In The Making The Homosexual Liberation Movement in Chile by Victor Hugo
  4. The Greenwod Ecyclopedy of LGBT Issues in The World, Volume 1 by Chuk Stewart
  5. www.uwo.ca
  6. www.ourhistory.com
  7. www.ilga.org
  8. www.wikipedia.org

*Tulisan ini dipublikasikan dalam Buletin Mahardhika, yang diterbitkan oleh Komite Nasional Perempuan Mahardhika pada Maret 2011.

[1]               Koordinator Penyatuan Sektor dan Kaum Muda Perempuan Mahardhika, anggota Komite Politik Rakyat Miskin-Partai Rakyat Demokratik (KPRM-PRD)

[2]               Sebuah undang-undang yang melarang aktivitas seksual tertentu seperti analseks, oral seks, bahkan kemudian mastrubasi karena bertentangan dengan teori penciptaan (keturunan) atau sering disebut sebagai “kejahatan melawan alam”

[3]               Australia, Canada, China, Hongkong, Amerika, Inggris, Denmark, Perancis, Iceland, India, Italia, Rusia, Singapura, Jerman, dan masih banyak lagi.

[4]               UU Sodomi di Inggris yang berlaku dari tahun 1534-1861. Buggery sendiri dekat dengan pengertian sodomi yaitu segala tindakan seksual ‘tidak alami yang melawan kehendak Tuhan dan manusia’, yang oleh pengadilan kemudian didefinisikan termasuk penetrasi anal/dubur dan hubungan seksual dengan binatang.

[5]               Sebuah pasal dalam Hukum Pidana di Jerman yang isinya mengkriminalisasi homoseksual, dibuat pada tahun 1871.

[6]               Apa Yang Seharusnya Orang Tahu Tentang Seks Ketiga?

[8]               Dunia Kita

[9]               Front Pembebasan Homoseksual

[10]             Komunitas Homoseksual Argentina

Share

0 thoughts on “Sejarah Gerakan Pembebasan Homoseksual*

  1. bedakan antara sodomi dan seks anal, cek pula bagaimana sesungguhnya sikap masyarakat di negara yang nampaknya telah memiliki kebijakan yang berpihak pada LGBT..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *