BBM Naik, Ayo Mahasiswa Serbu Terminal dan Pasar-Pasar!

Ditulis oleh : Mutiara Ika Pratiwi*

Dalam menyikapi rencana kenaikan BBM pada April 2012 mendatang, berbagai elemen gerakan mahasiswa melakukan aksi-aksi menolak rencana tersebut. Dari data yang tersebar pada media online terlihat aksi di berbagai kota seperti Banten, Serang, Bogor, Majalengka, Bandung, Jakarta, Cirebon, Rembang, Riau, Medan, Batam, Palangkaraya, Banjarmasin, Kendari, Makassar, Palopo, Palu, Mataram, Surabaya, Jombang, Solo, Yogyakarta, Maluku, dsb. Aksi-aksi tersebut dilakukan oleh berbagai gerakan seperti dari BEM-BEM Universitas, organisasi/komunitas kampus di luar BEM, Front Cipayung, berbagai organisasi mahasiswa Islam, bahkan terakhir terdapat aliansi luas gerakan mahasiswa yang menamakan diri Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (KONAMI) dan baru saja mengadakan aksi serentak nasional menolak BBM pada 12 Maret 2012.

Kesemua aksi tersebut mayoritas berlokasi di tempat-tempat strategis / yang umum digunakan sebagai titik aksi, seperti jalan utama dan depan kantor pusat pemerintahan daerah tersebut. Selain menolak rencana kenaikan BBM gerakan mahasiswa dalam aksinya juga menyerukan agar pemerintahan SBY-Boediono turun karena sudah tidak mampu menghasilkan kebijakan yang meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin. Metode yang telah digunakan pun adalah metode yang radikal, yaitu selain berorasi dan membentangkan spanduk mahasiswa juga melakukan aksi seperti bakar ban, bakar foto SBY, blokir jalan, dorong motor, mogok makan, sandera kendaraan milik pertamina, mengumpulkan tanda tangan, membawa keranda mayat masuk ke dalam gedung DPRD, hingga aksi bakar diri (lagi) yang dilakukan oleh seorang kawan mahasiswa Palopo, Sulawesi Selatan.

Bentrok antara mahasiswa dengan polisi adalah hal yang tak terhindarkan dari pelaksaan metode di atas. Dengan label untuk menjaga keamanan dan ketertiban, aparat kepolisian akan menjaga ketat aksi-aksi gerakan mahasiswa dan memukul mundur apabila gerakan tersebut memulai aksi radikalnya. Dalam hal ini, penulis bersepakat dengan penggunaan metode radikal dalam aksi massa, karena hal tersebut mempermudah ekpresi kemarahan terhadap pemerintah yang sudah berulang kali memiskinkan rakyat. Sayangnya, ekspresi kemarahan tersebut sampai saat ini masih eksklusif menjadi milik mahasiswa. Aksi-aksi radikal yang berkonsekuensi dengan bentrokan antara polisi dan mahasiswa belum mendapat dukungan luas dari rakyat.

Dalam pengalaman penulis merespon kenaikan BBM tahun 2008 di Yogyakarta, tak jarang polisi dengan mudah mengadu domba antara pengguna jalan dengan massa aksi karena membuat jalan menjadi macet. Di Jakarta tak jarang pula aksi penolakan BBM hanya mendapat tatapan kosong, takut terlibat dalam kerusuhan, bergegas untuk menerobos macet, atau sebenarnya mendukung tapi enggan terlibat. Dari pengamatan di media online, responnya pun tak jauh berbeda.

Penulis melihat pewacanaan tentang pelibatan luas rakyat dalam penolakan kenaikan BBM adalah hal penting, bukan hanya dalam tujuan untuk menggagalkan rencana tersebut atau menurunkan pemerintah SBY-Boediono sebagai pemerintah yang tidak pro rakyat miskin. Namun, lebih dari itu adalah untuk memperkuat landasan dalam perwujudan pemerintahan yang tidak lagi menyengsarakan rakyat. Isu BBM dapat menjadi pintu masuk untuk membangun kontak dengan rakyat, dan gerakan mahasiswa sebagai elemen gerakan yang paling luas dalam melakukan penolakan terhadap kenaikan BBM bertanggung jawab besar atas itu.

Dari Kampus Bergerak ke Terminal dan Pasar-Pasar

Rencana kenaikan harga BBM pada April mendatang diperkirakan akan memicu kenaikan inflasi sebesar 11%. Dan sumbangan kenaikan inflasi ini mayoritas berasal dari sektor transportasi dan pangan/sembako. Naiknya harga BBM dapat memicu kenaikan harga suku cadang dan biaya perawatan bagi angkutan umum. Ketua Organda DKI Jakarta bahkan sudah memperkirakan kenaikan tarif angkutan umum yang mencapai 25 s.d 30% saat BBM naik.

Dalam prakteknya di lapangan, rencana kenaikan harga BBM sudah memicu kenaikan harga dan penimbunan barang-barang sembako. Di pasar-pasar tradisional seperti di Sidoarjo kenaikan harga seperti cabe sudah mencapai 50%. Begitu pula yang terjadi di Pasar Sentral Wonomulyo, Polewali Mandar, SulBar (dari berbagai sumber). Rencana kenaikan harga BBM mengharuskan pedagang untuk melakukan tindakan antisipasi, namun baik pedagang ataupun konsumen sama-sama dirugikan karena rencana kenaikan tersebut. Pedagang dipaksa rela menerima turunnya tingkat pembeli. Begitu pula konsumen, terpaksa berhemat. Wajar saja ketika melihat UMR 2012 masih dibawah 2 juta rupiah.

Sengitnya pertarungan antara polisi dan mahasiswa harus pula menjadi bagian dari rakyat luas yang sudah dan akan semakin parah menerima dampak kenaikan BBM ini. Mahasiswa harus berbagi keberanian dan keradikalan metode yang sudah dilakukannya selama ini. Mendorong rakyat luas untuk berlawan, mengorganisasikan perlawanannya, serta memperkuat antar perlawanan yang terjadi dengan persatuan. Konsep tersebut adalah konsep percaya kepada kekuatan rakyat yang sekaligus menepis label eksklusivitas gerakan mahasiswa. Konsep bahwa kesejahteraan akan tercapai bila rakyat itulah yang berkuasa.

Ketika konsep di atas diturunkan menjadi sasaran aksi, maka penulis melihat bukan jalan-jalan raya atau kantor pusat pemerintahan yang menjadi sasaran mendesak untuk aksi penolakan BBM tahun ini, tapi terminal dan pasar-pasar, tempat-tempat tercepat yang akan terkena dampak kenaikan BBM. Sebagai bagian dari proses transformasi kesadaran dan keberanian ke rakyat luas dalam melawan kenaikan BBM, maka mahasiswa harus mendatangi tempat-tempat dimana rakyat berkumpul, mengajak rakyat pula melawan kenaikan BBM, untuk kemudian mendatangi dan menduduki pusat-pusat pemerintahan.

*Ketua Umum PEMBEBASAN

Share

0 thoughts on “BBM Naik, Ayo Mahasiswa Serbu Terminal dan Pasar-Pasar!

  1. Saya salah satu pelaku usaha di Pasar, Apa yg kami lakukan adlh mengencangkn ikat pinggang. Mencari solusi bagaimana cara mengimbangi kenaikan trsebut..Ok, saya salut atas jiwa2 mahasiswa, mereka keras, pintar dan pro rakyat..tp knp byk rakyat tak mau mndukungnya? Mungkin krn aksi radikal mreka, bagaimana tak takut rusuh? Memang gada cara lain? Apa pernah di dengar suara2 kita2? Mahasiswa tau, kami tau..tapi mereka yg di atas lebih tau…aksi2 slama ini hny akan menakutkan rakyat, cobalah beraksi pintar dan bijak, seperti mereka yg kami harapkan kelak pintar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *