Occupy Jakarta, Sekadar Catatan Kecil

Ganjar Krisdiyan

Delapan hari secara rutin mengikuti Occupy Jakarta (OJ), tentu banyak hal yang yang bisa diambil pelajaran darinya, OJ entah seberapapun kadarnya, terinspirasi oleh gerakan pendudukan yang sama di Amerika, Occupy Wall Street (OWS). Dimana lima sampai sepuluh ribu orang, yang dirugikan oleh sistem kapitalisme, mengekspresikan penolakannya secara terbuka. Tentu saja, gerakan OJ tidak atau belum sebesar OWS.

Ada beberapa hal yang membuatnya tidak atau belum sebesar OWS, di AS, krisis yang menimpa rakyat sangat terasa, ribuan orang tidak memiliki pekerjaan atau kehilangan pekerjaan, ribuan orang juga tiba-tiba diusir dari rumahnya oleh bank dan lain sebagainya, sementara prilaku elitnya, yang dengan telanjang diberitakan oleh media massa, mengeluarkan jutaan trilyun untuk membailout perusahaan besar, jutaan trilyun untuk perang di Irak, jutaan trilyun untuk menyogok para CEO dan lain-lain, paradoks tersebut terasa sangat menampar wajah sebagian besar rakyat AS. Situasi krisis dan prilaku elit yang dengan terang-terangan menyakiti rakyat, memang belum tentu membuat rakyat marah, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam membangkitkan perlawanan rakyat di AS adalah, kesadaran anti kapitalisnya sudah jauh lebih berkembang ketimbang di Indonesia, di AS dalam waktu yang cukup lama, mulai dari gerakan anti perang Vietnam ditahun 1960-an, demonstrasi Seatle dan lain sebagainya, memberi, seberapun kadarnya, investasi bagi kesadaran anti kapitalisme, plus propaganda, baik dalam bentuk bacaan atau media propaganda lainnya termasuk film, yang beredar luas, yang diproduksi oleh kaum intelektual progresifnya seperti James Petras, Tarekh Ali, Michael Moore dan lain sebagainya.

Kondisi di Indonesia, bisa saja ada yang berpendapat, juga tak kalah dasyatnya, mulai dari upah murah, PHK sewenang-wenang bahkan banyak yang tanpa pesangon, penggusuran dan lain sebagainya, menjadi indikator krisis yang menimpa mayoritas rakyat, sementara, prilaku elitnya juga tak kalah memalukan, dari mulai terbongkarnya kasus-kasus korupsi, bailout Century, kasus lumpur Lapindo dan lain-lain. Tetapi di Indonesia, rakyat belum cukup menerima propaganda anti kapitalisme, selama kurang lebih 33 tahun dibuat buta politik, individualitas dihancurkan: kebudayaan melawannya, kebudayaan merdekanya, kebudayaan mendirinya diluluh lantakan digantikan kebudayaan patuh, pragmatis, cengeng dan lain-lain. Rakyat tidak bisa berfikir konperhensif, hanya melahirkan tukang-tukang, sekalipun bagus-bagus, namun pikirannya tidak pernah sampai pada kesimpulan bagaimana agar bangsa ini, atau rakyat ini, bisa lepas sebagai kuli. Rentang waktu antara jatuhnya Orba hingga sekarang, belumlah cukup membuat banyak investasi kesadaran anti kapitalis, kaum gerakannya masih sibuk mengurusi pengorganisirannya, kaum intelektualnya juga masih sibuk berdebat dan bereksperimen dikalangannya sendiri, keduanya sama-sama belum dapat berada dalam satu panggung, keduanya sama-sama belum bisa berbicara luas kepada rakyat.

Mungkin bisa dianalogikan, jika ukurannya waktu, kondisi di Indonesia adalah sama dengan kondisi di AS tahun 1960-an, gerakan perubahannya baru saja muncul, artinya butuh waktu 40 tahun lagi agar gerakan OJ bisa setara dengan OWS. Tetapi politik bukanlah benda mati, apa yang dibutuhkan AS untuk dapat membuat gerakan sebesar OWS, belum tentu dibutuhkan waktu yang sama dengan di Indonesia, bisa lebih cepat atau bahkan bisa lebih lambat, hal ini sangat tergantung pada tenaga penggerak perubahannya itu sendiri, apakah kaum gerakannya, apakah para intelektualnya, dapat menemukan taktik-taktik dalam mempercepat kesadaran anti kapitalisme di kepala rakyat.

Gerakan Occupy Jakarta Dan Taktik Gerakan

Satu hal yang cukup disayangkan adalah minimnya keterlibatan kaum gerakan dalam OJ, aku sendiri tak mau memperdebatkan apa yang menyebabkannya, meskipun sayup-sayup terdengar, tapi biarlah mereka berpendapat, tulisan ini memang tidak aku tujukan untuk membuat polemik, aku hanya mau menunjukan keuntungan-keuntungan yang akan kita dapat jika kita sama-sama memanfaatkan OJ.

Pertama sekali buatku adalah, terbukanya kesempatan propaganda bahwa kapitalime adalah sistem yang gagal mensejahterakan rakyat, bisa lebih konperhensif. Sampai sejauh ini, menurutku, belum ada konsolidasi gerakan yang begitu langsung menuduh sistem kapitalisme adalah sistem yang gagal. Konsolidasi-konsolidasi yang banyak dilakukan mayoritas, kalau tidak bisa dibilang semua, berbasis pada persoalan-persoalan yang lebih parsial, taruhlah misalnya konsolidasi soal upah atau kebebasan berserikat, konsolidasi anti penggusuran, konsolidasi anti pendidikan mahal, konsolidasi anti korupsi dan lain-lain, artinya keuntungan untuk menciptakan atmosfer untuk menjelaskan problem mendasar terhadap persoalan-persoalan rakyat akan sangat terbuka jika gerakan OJ ini sama-sama kita sukseskan. Kita semua tentu memahami bahwa seluruh bentuk konsolidasi sektroal membutuhkan perekat, agar antar satu isu dengan isu lainnya terlihat saling kaitannya, dan menurutku tidak ada yang lebih baik saat ini, dalam mempropagandakan anti kapitalisme selain OJ, atau kalaupun dianggap ada, paling tidak apa yang telah dilakukan dalam gerakan OJ dapat menjadi salah satu alternatif membunyikan kesadaran anti kapitalisme.

Kedua, ini mungkin sangat subyektif, bisa saja kawan-kawan gerakan membantahnya, menurutku, apa yang terjadi di AS dan meluas hingga ke 1500-an kota diseluruh dunia, termasuk di Indonesia, telah menyedot perhatian rakyat, kalau bisa disamakan mungkin gerakan occupy ini setara dengan pemilu, sama-sama menjadi mimbar, namun sekali lagi, gerakan occupy jauh lebih politis. Pemilu, apalagi pemilu di Indonesia, lebih banyak basa-basinya, tak ada saling serang program/sangat moderat (karena memang dilarang), bahkan jauh lebih meracuni ketimbang mendidik, dalam pemilu, elit menebar uang kesana-kemari sehingga terus-menerus menjerumuskan rakyat. Yang berharga dari gerakan OJ keluasannya menyedot perhatian rakyat, rakyat bersedia mendengarkan, hukum-hukum apa sebetulnya yang bekerja dari sistem kapitalisme. Kesempatan seperti ini tentu tak banyak akan kita miliki.

Ketiga, selama 8 hari duduk di BEJ, aku banyak bertemu berbagai kalangan demokratik, yang selama ini tidak bisa berkonsolidasi dalam berbagai macam agenda demontrasi, duduk meramaikan agenda OJ, bukan hanya meramaikan, bahkan dengan serius bekerja keras untuk tetap menjaga agar gerakan OJ bisa bertahan dan meluas, dengan berbagai macam kapasitasnya, mereka menyumbangkan sesuatu yang berguna. Kalangan ini, mengerti dengan baik bidang-bidang tertentu, entah soal HAM, lingkungan, perempuan, anak, defable, ekonomi, hukum dan lain sebagainya, bahkan teori-teori marxisme. Aku bukan bermaksud hendak memuji mereka atau meremehkan kaum gerakan, aku hanya mau menempatkan pada porsinya saja, kalaupun kaum gerakan merasa sudah paling maju karena telah memiliki organisasi kiri bahkan partai-nya sendiri, namun jika diperbandingkan sebagai manusia, banyak hal, yang harus diakui dengan rendah hati, perlu kita pelajari juga dari mereka, sehingga paling tidak, senjata kita dalam mendidik rakyat bisa semakin lengkap, kita tahu bahwa dikepala rakyat ada ribuan macam pengalaman yang membuatnya merasa tertindas, ketika kaum gerakan tidak mampu mengusai berbagai hal, semakin tidak lengkap pulalah kita dalam mendidik rakyat untuk melawan kapitalisme.

Keempat, salah satu yang menjadi ciri paling kental dari gerakan occupy dimana-mana, termasuk di Indonesia, adalah penghargaannya yang sangat besar atau kebebasan individu untuk menyampaikan pendapat. Gerakan occupy memang hanya berbasis pada kesepakatan tentang tempat pendudukan dan kesadaran anti kapitalis, sehingga sangat terbuka selebar-lebarnya kesempatan bagi semua orang untuk menyampaikan posisinya, tidak ada yang membatasi, satu-satunya batasan adalah tidak boleh berkampanye kontradiktif misalnya mendukung yang 1%, tapi tentu saja orang yang mendukung 1% sudah pasti tidak akan bergabung dalam OJ, sehingga memang didalam OJ, hampir pasti tidak ada batasan-batasan tersebut. Kebebasan propaganda ini adalah salah satu syarat bagi keberhasilan gerakan (positif), kita bisa saling mendidik, menunjukan keunggulan-keunggulan kita atau mengkritik kelemahan orang lain, bahkan dengan rendah hati menerima kebenaran dari orang lain, sehingga transformasi hal-hal baik bisa dilakukan, dari landasan kebebasan propaganda inilah kualitas semua orang meningkat, bahkan kalau kaum gerakan yakin akan kebenaran propagandanya, dia dapat memberi keuntungan organisasional (mungkin).***

 

Inspirasi:

  • Max L
  • Zely A
  • Surya A
  • Yuli P
Share

0 thoughts on “Occupy Jakarta, Sekadar Catatan Kecil

  1. OJ gagal ?
    Kurang dibumbui, terlalu dipaksakan dan tanpa persiapan.

    Para kapitalis mampu mempertahankan stabilitasnya justru memanfaatkan instabilitas ekonomi. Kenyataan rakyat kelaparan, tapi tak berdaya melawan, dikasi sembako dan BLT sudah cukup bagi mereka karena logika mereka yang bisa dikatakan “tak setinggi”kawan-kawan.Ditambah faktor pembodohan lewat konflik -> agama, lokal maupun internasional.Militansi agama dijual oleh boneka mereka, sehingga rakyat Indonesia yang tadinya secara alami sosialis menjadi militan agamis dan terkotak-kotak.
    Kalian tak boleh kalah, propaganda harus dibalas dengan propaganda. Mereka menjual “yang penting bisa makan dan aman”, mari menjual kebobrokan mereka dari hal yang sangat kecil atau skala nasional. Mari mulai mengabadikan, lewat kamera atau tulisan, peristiwa yang kita anggap kecil, mulai dari paksaan menerima gaji dibawah standar, pemaksaan jam kerja atau hal-hal lain yang bisa menjatuhkan “nama baik” para kapitalis itu!

    Mungkin hal ini sudah banyak dilakukan tapi mengapa cuma aktivis yang tahu?
    Karena kurangnya publikasi akan hal itu !
    Jangan harapkan harian atau majalah beromset jutaan, bahkan milyaran menyajikan fakta demi idealismenya. Mereka hanya “menjual” drama dan diakhiri dana. Mari sokong media bawah tanah seperti ini, alih-alih memberi retorika atau berita, mengapa kita tak memikirkan menampilkan foto-foto fakta dalam berita, video2 seperti yang saya jabarkan diatas. Mari sebarkan kenyataan lewat wordpress yang kita ciptakan, media lain yang mungkin terbuka untuk dibaca orang kebanyakan, seperti youtube, kaskus, facebook, atau apapun untuk mengupload peristiwa nyata sekecil apapun tentang penindasan kaum kapitalis terhadap orang-orang biasa.
    Mari sebarkan fakta!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *