Terlelap Disimpang Jalan Peradaban

Krisis ekonomi yang terjadi memang menyeramkan, tapi ini belum seberapa dibanding apa yang masih akan datang. Demikian, kata ekonom, penulis dan aktivis perdamaian Jeremy Rifkin.

Kita semua benar benar sedang tertidur.

Sekarang ini, disaat yang paling menentukan bagi masa depan umat manusia…

Hari ini, aku membaca satu laporan, hanya satu berita kecil saja disebuah koran. Tapi bagiku, ini mungkin secuil berita terpenting yang pernah kita dapatkan disepanjang sejarah manusia selama ini. Berita koran itu melaporkan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun kedepan, daerah kutub akan bebas dari es dimusim panas. Apa artinya secuil informasi ini bagi kita semua? Harap disadari, dalam waktu tiga juta tahun terakhir ini, daerah kutub selalu tertutup es. Ini berarti kita hari ini sedang menyaksikan terjadinya satu perubahan iklim yang sangat dasyat dan mengerikan. Dan jika hitungan para ilmuwan benar, dalam waktu 30, hingga 40 tahun kedepan, atau paling lama dalam waktu seabad kedepan, kita akan dihadapkan dengan kemungkinan musnah nya spesis kita sendiri. Hari kiamat bagi umat manusia. Dan kita? Kita betul betul sedang tertidur saat ini, dimana-mana, diseluruh dunia. Jadi kita semua saat ini, sedang berada disimpang jalan. Di satu momen yang paling menentukan bagi masadepan perjalanan umat manusia dibumi ini.

Ada tiga krisis yang sedang berlangsung saat ini, yang satu sama lain saling memperburuk.Yang pertama adalalah krisis ekonomi, kedua krisis enerji, dan yang ketiga adalah krisis pangan, ini dampak langsung dari perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini terhadap pertanian kita. Terhadap kemampuan kita semua untuk bisa makan.

Mengenai krisis pertama, krisis ekonomi ini, saya mungkin banyak berbeda pendapat dengan kolega2 saya yang lain. Krisis ini bukan sekedar krisis keuangan, atau krisis perbankan, atau hanya krisis deregulasi pasar. Kalau kita tidak mengerti hakekat krisis ini, kita sukar untuk membayangkan sebagaimana akutnya krisis ini… Ini yang harus diketahui oleh semua orang. Sebagai ilustrasi, program bailout atau aksi penyelamatan ekonomi nya presiden Obama mencakup biaya sebesar 2 trilyun dollar. Sedangkan jumlah total dari semua hutang keluarga keluarga di Amerika Serikat saat ini adalah sebesar 15 trilyun dollar. Jadi kita sebenarnya sudah bangkrut! Dengan demikian yang selama ini menjadi pondasi dari sistim ekonomi global, yakni daya beli warga amerika dimana perekonomian dunia sangat bergantung, telah hilang. Yang dinamakan babak revolusi industri kedua, jelas sedang sekarat saat ini. Teknologinya sudah kedaluarsa, infrastrukturnya tua, juga kapasitas produksinya sudah tidak memadai. Jadi itulah krisis yang pertama.

Krisis kedua, yang juga erat berkaitan dengan yang pertama adalah krisis enerji. Karena asumsi kedua dari sistim globalisasi adalah adanya enerji murah. Sehingga mereka dapat memindahkan modalnya ke negri negri dengan pasar kerja yang murah. Di negri-negri Asia ataupun ditempat lain. Mengerjakan buruh buruh disana untuk memproduksi barang barang dagangan, untuk kemudian dikapalkan kenegrimu kembali untuk dipasarkan Hal ini dimungkinkan karena biaya enerji yang murah. Tapi, sesuatu terjadi ketika harga minyak melampaui harga 50 dollar/ barrel. Inflasi, di harga bahan makanan hingga bensin melambung tinggi. Dan lalu ketika harga minyak mencapai 147 US$/ barrel, terjadilah krisis dibulan juli 2008. Semua roda perekonomian global menjadi macet. Karena inflasi jadi begitu tinggi dan orang2 kemudian berhenti membeli. Dan 60 hari kemudian krisis ekonomi yang hebat datang menghantam. Karena ketika motor ekonominya macet, pasar modal pun ikut ambruk. Karena sistim kredit, atau kebiasaan hutang piutang yang virtual menjadi hal yang mustahil untuk tetap dijalankan. Kita semua harus sadar dan memahami bahwa saat ini segalanya sangat tergantung kepada minyak: pupuk petrokimia, pestisida, dan hampir semua produk2 farmasi (obat2an, dst), juga hampir semua pakaian yang kita punya, enerji, transportasi, gas, listrik, semua bahan2 bangunan. Pendeknya peradaban kita memang dibangun diatas warisan komposit karbon dari era jurasik. Dan ketika harga minyak melambung, harga gas, batubara dan uranium ikut naik dibelakangnya. Jadi ketika harga minyak mencapai 147 US$/ barrel, dampaknya langsung terasa disetiap sektor….Ketika semua motor perekonomian berhenti, harga minyak kembali turun karena pasar tetap lesu. Ini yang aku sebut sebagai “Peak Globalisation”, puncak dari sistim ekonomi global. Kita sekarang mengenal batas akhir globalisasi yang bersandar pada pemakaian bahan2 bakar fosil. Dan semua ini sedang menipis dan akhirnya akan habis juga. Tidak banyak yang masih percaya bahwa minyak, gas, batubara dan uranium masih mempunyai masa depan. Jadi itulah batas akhir dari sistim ekonomi global yang dibangun berlandaskan pemakaian enerji konvensional. Dan setiap kali harga minyak melambung, setiap kali juga krisis ekonomi akan berulang.

Krisis ketiga, adalah dampak langsung dari perubahan iklim yang sekarang ini sedang berlangsung. Kita akan membayar dosa dosa kita terhadap alam. Semua gas2, seperti karbondioksida, methan, dst yang kita semburkan keudara dengan konstan, mengakibatkan semakin memanasnya bumi. Dan proses pemanasan bumi ini ternyata telah berlangsung jauh lebih cepat, dari apa yang diberitakan kepada masyarakat. Sangat parah! Semua prediksi yang telah dibuat selama 30 tahun terakhir ini ternyata banyak salahnya. Dan kita tetap saja meremehkan percepatan proses perubahan klimat ini. Karena kita tidak menghitung rantaian efek yang ada, yang dampaknya adalah semakin memperburuk dan mempercepat proses perubahan klimat yang sedang terjadi saat ini. Semua ini sedang berlangsung dengan lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Sebagai contoh, jika kita mengacu pada laporan PBB ke IV ttg perubahan iklim yang dipublikasikan ditahun 2007. yang telah melibatkan 2500 ilmuwan dari 125 negara. Ini jelas sangat beda dari laporan serupa yang dibuat ditahun 2001. Karena ditahun 2001, kita menulis bahwa gletser (es abadi dipuncak2 gunung) baru akan meleleh diabad ke 22. Laporan yang dibuat ditahun 2007, mengatakan bahwa gletser tersebut, saat ini juga sedang meleleh disemua puncak2 gunung yang ada. Diramalkan bahwa dalam waktu 30-40-50 tahun kita akan kehilangan sekitar 60% dari semua es abadi yang ada dipuncak2 pegunungan kita. Ini bukan tentang bisa atau tidaknya kita bermain ski nanti. Tapi satu dari enam orang dibumi ini bergantung pada adanya gletser ini. Untuk air, irigasi dan sanitasi. Jadi bagaimana kita bisa memindahkan 1/6 dari penduduk dunia dalam waktu 40 tahun?

Laporan PBB ke III ditahun 2001 itu juga memprediksi bahwa di abad ke 22, di Teluk Meksiko misalnya akan muncul semakin banyak topan dan badai akibat memanasnya air laut. Laporan ke IV, menyebutkan adanya badai Katrina, Rita, Gustav, Ike. Jumlah badai2 pembawa petaka telah berlipat ganda disaat ini juga. Jadi kita sedang menyaksikan perubahan klimat yang dampaknya sangat mengerikan bagi kehidupan kita semua. Dan ini bukan masalah akademis. Jika anda misalnya tinggal disepanjang pesisir itu. Disetiap musim badai, televisi anda akan terus menyala menayangkan kanal ramalan cuaca. Karena anda perlu tahu, kapan keluarga anda harus diungsikan. Dan para penduduk disana, saat ini sudah tidak dapat lagi mengasuransikan rumah2 mereka. Di laporan ke III dari PBB yang sama, juga menyebutkan bahwa daerah kutub akan kehilangan es abadinya suatu saat diabad ke 22 yad. Dilaporan ke IV, dan dilaporan terakhir baru baru ini mengatakan bahwa daerah kutub akan kehilangan esnya dimusim panas hanya dalam waktu 20 tahun kedepan! Untuk pertama kalinya sejak ribuan tahun. Jadi segalanya sedang berjalan dengan lebih cepat dari yang sebelumnya kita perkirakan. Saat ini diperkirakan bahwa suhu Bumi akan bertambah sekitar 3 derajat, tapi ini sangat optimis. Setiap orang tua perlu mengetahui apa artinya semua ini. Jika suhu bumi diabad ini bertambah 3 derajat. Ini artinya kita kembali ke situasi 3 juta tahun yang lalu. Dan manusia baru ada di bumi ini sekitar 175 ribu tahun yang lalu, manusia adalah salah satu penduduk termuda dimuka bumi. Kalau kita mematok pada angka 2 atau 3 derajat, dan ini sekali lagi sangat optimistis. Ini juga artinya bakal dibutuhkan adanya penyesuaian2 yang radikal dalam kehidupan kita bersama. Jika suhu Bumi bertambah dengan 2-3 derajat, menurut beberapa model yang dipakai di PBB, kita minimal akan kehilangan sekitar 20 hingga 25 persen dari semua jumlah tumbuhan dan binatang yang ada. Dan di skenario terburuk kita akan menyaksikan musnahnya 70 persen dari spesis yang kita kenal, 70% dari semua tumbuhan dan binatang yang ada di planet ini. Kita mengetahui dari bukti2 geologi, bahwa selama ini lima kali periode malapetaka musnahnya mahluk2 hidup telah terjadi dibumi ini. Dan, setiap kali malapetaka ini terjadi,dibutuhkan waktu selama 10 juta tahun untuk pulihnya kembali adanya kemajemukan hayati (biodiversitas) yang hilang di Bumi ini. Jadi, seperti kata istriku, kita benar benar tidak menyadari bahaya yang ada dihadapan kita. Dan sekarang kita menyadari bahwa segala hal ini, ternyata jauh lebih buruk dari yang sempat kita bayangkan sebelumnya. Misalnya di laporan ke IV PBB yang disebut diatas, juga disebutkan potensi bahaya dari melelehnya permafrost di Siberia – Permafrost, adalah lapisan tanah dilingkar luar kutub yang telah membeku selama berjuta tahun.

Ketika itu belum ada penelitiannya. Dan sekarang hasil penelitian mengenai ini telah keluar, dan kita benar2 merasa ngeri membaca hasil penelitian itu. Karena Siberia adalah daerah yang tanahnya beku sejak berjuta tahun. Dibawah permukaan tanah yang beku itu, tersimpan adanya bom waktu, adanya gas karbondioksida (CO2) dari periode sebelum zaman es (Ice Age). Karena sebelumnya disana adalah padang rumput, dimana terdapat berbagai tanaman dan binatang yang hidup disitu. Dan ketika iklim berubah saat itu, dan ini bisa terjadi dengan cepat, semua itu kemudian tertutup oleh es. Dan es itu saat ini sedang meleleh disepanjang Siberia. Dengan demikian gas karbondioxida (CO2) itu akan menguap ke udara, bersamaan dengan itu juga gas methan, yang 23 kali jauh lebih berbahata. Dan semua itu akan menguap meracuni udara yang kita hirup. Ini adalah bom waktu yang ada didepan kita. Dan majalah ”Nature” belakangan ini melaporkan bahwa proses ini tengah berjalan enam kali lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan. Dan ini hanyalah satu faktor yang akan mempercepat proses pemanasan Bumi.

Jadi biar saya tuntaskan pembicaraan kita tentang masalah ini dengan mengutip James Hanson. James Hanson, ialah sorang pakar klimatologi yang bekerja untuk pemerintah Amerika Serikat. Dia juga memimpin lembaga NASA untuk penelitian ruang angkasa.

Ketika itu perwakilan Uni Eropa datang ke Kopenhagen (konferensi internasional mengenai Perubahan Iklim), mereka mengupayakan adanya perjanjian untuk mematok pelepasan atau emisi partikel karbondioxida (CO2) maksimal 450 CO2/ juta ditahun 2050. Dan tidak seorangpun berniat untuk menyetujui hal ini. Tidak juga presiden Obama, kepada siapa kita banyak berharap waktu itu. Target Obama saat itu hanyalah untuk mengurangi 4% dari emisi CO2 yang ada, sedangkan Uni Eropa menginginkan adanya 20%. Jadi Amerika Serikat menolak untuk ikut. Tapi biarpun semua pihak saat itu menyetujui untuk menyetujui target maksimal, suhu bumi akan tetap memanas setinggi 2 derajat. Tetap akan terjadi malapetaka, tapi umat manusia akan selamat. Kemudian datanglah James Hanson. Tim ilmuawan yang dia pimpin, telah meneliti sample/ bukti2 dari dasar laut. Terhadap para pakar klimatologi Uni Eropa dia berkata: Kalian telah salah hitung! Karena jika kalian menginginkan reduksi sebesar 450 CO2/ juta, yang tidak diinginkan oleh seorangpun itu, suhu bumi akan tetap memanas setinggi 6 % di akhir abad ini. Dan ini artinya adalah hari akhir dari peradaban manusia, seperti yang kita kenal hingga saat ini. Dan hal ini dikatakan oleh seorang pakar klimatologi terkemuka, yang bekerja bagi pemerintah Amerika Serikat.

Aku harap dia salah. Tapi pengalamanku selama ini mengatakan bahwa para ilmuwan sering salah hitung, dan meremehkan berbagai faktor, yang semakin mempercepat proses perubahan iklim yang sedang terjadi.

Jadi kita dihadapkan dengan tiga krisis yang sedang mengancam peradaban kita semua. Krisis ekonomi global, babak revolusi industri kedua yang telah kedaluarsa, dan sedang sekarat, krisis enerji, dan macetnya motor perekonomian setiap kali harga minyak mencapai 147 US$/barel, kita dihadapkan dengan berbagai malapetaka, dampak langsung dari perubahan iklim, dan menurut prediksi PBB sekitar satu milyar orang akan terancam kelaparan. Saya belum pernah melihat momen seperti ini dalam sejarah. Situasi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya…

Jadi kita semua harus bertanya: Apa yang harus kita lakukan?

End.

Bersambung.

Jeremy Rifkin  (lahir 26 Januari 1945), adalah ekonom, penulis, penasehat politik, dan aktivis di gerakan perdamaian. Dia adalah pendiri dan presiden dari satu lemba nirlaba, the Foundation On Economic Trends.

Sumber:http://www.eenvandaag.nl/binnenland/35444/topeconoom_rifkin_niemand_ziet_de_c…

Diterjemahkan oleh, Reza Muharam, 28/10/2011.

Share

0 thoughts on “Terlelap Disimpang Jalan Peradaban

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *